Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2008

Yang Memandang Dari Sudut Eropa

Souad, nama tokoh dalam novel otobiografis, Burned alive, mengakhiri tulisannya dengan "Di suatu tempat di Eropa." Setelah selesai membaca novel itu, saya berusaha mencari informasi lebih lanjut tentang beberapa hal yang ingin saya ketahui; tentang Souad yang ternyata (tentu saja) hanya nama samaran. Terre des Hommes (Bumi Manusia), organisasi kemanusiaan yang berdiri sejak tahun 1965 di Belanda, tempat Jaqueline, penyelamat jiwa Souad, bekerja. Souad adalah perempuan yang lolos dari percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh saudara iparnya, Hussein atas rencana kedua orang tua Souad sendiri. Ia hendak dibunuh lantaran diketahui hamil setelah menjalin hubungan cinta dengan seorang pemuda, Faiez. Ia dibunuh dengan cara yang keji; cairan premium dialirkan di atas rambut kepalanya. Percikan api dari geretan membakar rambut dan pakaian, hingga separuh tubuhnya melepuh. Beruntung Souad masih punya nyali meneyelamatkan diri. Ia berlari dalam kobaran api yang membakar tubuhnya. Ia se...

Mereka Bilang Djenar Monyet

Masuk ke sebuah rental CD, saya menemukan "Mereka Bilang Saya Monyet" (singkat: MBSM) sudah dalam bentuk kaset. Dulu film ini hanya cerpen. Tapi si penulisnya, Djenar, berhasil membiakkannya menjadi film. Pengakuan Djenar sendiri, "saya sedang belajar jadi sutradara." Saya tertarik membaca sinopsisnya. Lalu saya pinjam. Saya tonton sampai tuntas. Lima hari berselang, saya bikin komentar di blog Djenar. Tulis saya: "Djen, film kamu oke. Garapan musiknya juga oke. Ada campur tangan Djaduk Ferianto di situ. Akting pemain (a.l. Titi Sjuman, Hanidar Amroe, Yayang CN, Bucek) juga lumayan. Cuma ada yang sedikit mengganggu. Soal dering telpon. Ya, dering telpon itu mengganggu kenikmatan saya menonton MBSM. Permulaan film dibuka dering telpon. Sebagian peralihan adegan diantarai oleh dering telepon. Seakan-akan film itu t idak akan jalan kalo tidak ada dering telpon." Tapi saya tidak terlalu kecewa dengan pencapaian Djenar lewat MBSM yang difilmkan. Dering telepon...

Kuliner Yogya yang Bukan Khas

Bicara soal kuliner khas di Yogya, orang pasti ingat Gudeg. Ya, itu makanan khasnya. Tapi masih banyak lagi makanan di Yogya yang bukan khas. Saya mau cerita soal pengalaman saya menikmati masakan khas yang tidak populer ini. Ada beberapa warung makan yang sempat saya singgahi, dan beberapa menu favorit saya di masing-masing warung makan itu. Saya mau ceritakan yang berkesan saja. Pepes Kembung di Laris Di jalan Wahid Hasyim Nologaten, ada warung terkenal di wilayah itu. Namanya warun g Laris. Warung ini berdiri kira-kira sejak tahun 2001. Pertama berdiri lokasinya di dekat warung Selaras Ayam Bakar. Tapi kemudian pindah empat ratus meter ke selatan. Tepat sekali nama yang diberikan pemiliknya terhadap warung ini. Warung ini benar-benar laris. Banyak anak kos berkunjung ke sana. Apalagi di tempatnya yang sekarang. Wah, kalau sudah jam rehat kuliah, antara jam 11 sampai jam 2 siang, warung ini padat pengunjung. Para mahasiswa dari AMPTA (Akademi Pariwisata) banyak pada ke sana. Mereka m...

Saya Dibantah

Ketika membahas tentang mitologi pada sebuah kuliah di bulan Mei lalu, saya menjelaskan beberapa contoh dari cerita rakyat dan juga kitab suci. Dalam kitab suci, saya menyebut surat al-fiil , kemudian kisah tentang Adam dan Hawa sebagai contoh. Saya katakan kepada mahasiswa bahwa kedua ayat itu (dan masih banyak yang lain) merupakan contoh mitologi. Mitos saya definisikan sebagai "cara masyarakat membahasakan dan menamai realitas yang dihadapinya." Sebetulnya, definisi ini saya pinjam dari Roland Barthes. Ia mendefinisikan mitos sebagai " a type of speech ," cara bicara. Kita tahu, surat al-fiil itu bicara tentang serombongan tentara berkendara gajah dari Yaman dipimpin oleh seorang raja bernama Abrahah, yang hendak menyerang tanah haram, Mekah. Akan tetapi, rencana besar raja Abrahah ini menemui kegagalan. Di tengah perjalanan menuju Mekah, serombongan burung mengepung dan melempari tentara bergajah itu dengan batu dari neraka. Lumatlah mereka. Diceritakan dalam ...

Kota, Toko Obat dan Tubuh

DI pertigaan jalan itu, saya berhenti. Di antara deretan warung dan toko, mataku tertuju pada sebuah toko kecil dengan kaca penuh tulisan. Kaca itu penuh tulisan keterangan jenis obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuh: Pelansing, alat bantu getar, pil biru, viagra, cosmetik dan lain-lain. SEBUAH plakat papan nama toko bertulis "Obat Perkasa" terpancang di depannya. Itu toko obat kuat. Sejauh ini, kecuali hanya melihat sekilas di halaman surat kabar, saya belum pernah menaruh perhatian terhadap keberadaan toko obat kuat. Karena itu, sekali ini saya mencoba mengamati keberadaan toko ini secara khusus. Saya mencoba membuat-buat pertanyaan: Siapa saja konsumen toko obat kuat? Bagaimana pola transaksi antara penjual dan pembeli? Dua pertanyaan ini saya ajukan karena saya belum pernah melihat ada orang melakukan transaksi langsung di toko-toko obat kuat. Di hari lain, saban waktu saya melihat sekilas ke arah toko obat kuat, tak seorang pun konsumen pernah saya lihat...

Isa di Mata Sigit

DIANTARA daftar lukisan yang tertera pada sebuah katalog, saya tertarik melihat satu karya yang dibuat F. Sigit Santoso. Judulnya, My Name Isa (Namaku Isa). Lukisan itu menampilkan wajah Isa (Yesus) yang kurang lazim. Yesus yang diimajinasikan Sigit di atas kanvasnya bukan Yesus seperti yang kita lihat pada umumnya: berwajah Eropa, berambut pirang, mata biru dan hidung yang menonjol. Di tangan Sigit, Yesus berubah wajah menjadi perempuan, berambut hitam panjang dan dalam jubah keabuan. Elemen-elemen seperti piring dan sepotong ikan yang terbelah oleh pisau dapur, menambah kuatnya asosiasi kita tentang Yesus perempuan. SAYA tahu dari cerita seorang kawan bahwa Sigit adalah seorang Katolik yang taat. Dia mengetahui seluk beluk tarikh gereja. Tetapi kali ini, ketaatan Sigit tidak menghalanginya untuk mencoba menggarap imajinasi yang berhubungan dengan wilayah yang sensitif: transfigurasi wajah Yesus. Sigit ingin bermain-main dengan wilayah simbolik agama ini dengan tujuan mengajak kit...