Langsung ke konten utama

Kota, Toko Obat dan Tubuh

DI pertigaan jalan itu, saya berhenti. Di antara deretan warung dan toko, mataku tertuju pada sebuah toko kecil dengan kaca penuh tulisan. Kaca itu penuh tulisan keterangan jenis obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuh: Pelansing, alat bantu getar, pil biru, viagra, cosmetik dan lain-lain.

SEBUAH plakat papan nama toko bertulis "Obat Perkasa" terpancang di depannya. Itu toko obat kuat. Sejauh ini, kecuali hanya melihat sekilas di halaman surat kabar, saya belum pernah menaruh perhatian terhadap keberadaan toko obat kuat. Karena itu, sekali ini saya mencoba mengamati keberadaan toko ini secara khusus. Saya mencoba membuat-buat pertanyaan: Siapa saja konsumen toko obat kuat? Bagaimana pola transaksi antara penjual dan pembeli? Dua pertanyaan ini saya ajukan karena saya belum pernah melihat ada orang melakukan transaksi langsung di toko-toko obat kuat. Di hari lain, saban waktu saya melihat sekilas ke arah toko obat kuat, tak seorang pun konsumen pernah saya lihat datang dan membeli barang langsung ke sana. Padahal setiap hari, iklan-iklan obat kuat bertebaran di surat kabar, terutama surat kabar lokal. Sebelum menjawab dua pertanyaan tadi, sebaiknya saya akan mengungkap profile toko obat kuat sejauh yang dapat saya uraikan berdasarkan amatan saya.

Nama Toko Identik
Nama yang dipilih sebagai nama toko penjual obat kuat adalah nama-nama asing, nama Cina. Tiga toko obat kuat yang terletak di jalan Adisucipto memiliki nama berikut: K-Seng, Ja-Seng dan Ayong. Bukan tanpa alasan mengapa nama Cina dipilih. Dalam sejarahnya, Cina dikenal sebagai negara asal usul penemu dan peramu obat-obatan tradisional. Branding nama toko, yakni dengan memakai nama-nama Cina, menjadi salah satu cara memperoleh legitimasi kualitas obat-obatan yang dijual. Meskipun penjualnya sendiri bukan orang Cina.

Toko Obat Kuat Dilihat dari Luar
Toko obat kuat di mana pun punya tampilan luar yang nyaris seragam. Bentuk toko ukuran lebar rata-rata dua hingga dua setengah meter. Jendela depan ditulisi dengan keterangan macam obat-obat dan alat-alat tertentu yang tersedia seperti: viagra, pelansing, alat bantu dan sebagainya. Toko ini tampak selalu sepi. Nyaris seperti tidak pernah ada orang yang datang berbelanja ke sana. Hanya ada rata-rata satu orang penunggu toko. Di dalam toko terdapat etalase dari kaca yang dapat memungkinkan pembeli melihat contoh-contoh obat dan alat-alat keperluan seks yang tersedia.

Iklan Obat Kuat di Koran

Keberadaan toko-toko obat kuat ini didukung oleh sistem periklanan di media cetak. Sebagian banyak iklan obat kuat terdapat di koran-koran lokal dan koran-koran "kuning" macam Merapi dan Posmo. Iklan di media cetak dapat memudahkan konsumen mengenali jenis-jenis obat yang disediakan oleh toko obat. Iklan juga dilengkapi dengan nama toko, alamat dan nomer telepon. Biasanya, selalu terdapat advertorial singkat yang menyertai iklan obat kuat. Kadang-kadang dengan bahasa yang provokatif dan penuh ransangan. Semisal bunyi berikut: "setelah diminum, reaksi cepat dan dapat bertahan selama enam jam berhubungan intim". "Dijamin isteri Anda tidak akan pindah ke lain hati." Ini adalah beberapa contoh tag line iklan obat kuat di media cetak.

Konsumen dan Jalan Transaksi
Dari jarak yang tidak jauh saya duduk memperhatikan toko Ayong di pertigaan jalan itu. Jam menunjuk pukul 11 malam. Seorang lelaki, berwajah lokal, keluar dari toko. Dia adalah penjaga toko itu. Dia perhatikan handphonenya. Dia duduk sebentar di pinggir jalan. Seperti sedang menunggu. Tak berapa lama, dari arah selatan, meluncur sebuah sedan warna hitam. Saya tidak dapat melihat jelas siapa pengemudi mobil itu. Mobil itu berhenti dan lelaki itu menyeberangi jalan dan mendekati mobil sedan hitam. Ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Pengemudi mobil menerimanya dan memberikan uang kepada lelaki tadi. Mobil tancap gas lagi. Lelaki tadi menyeberang jalan dan masuk ke dalam tokonya.

Cerita di atas berdasarkan pemandangan yang saya lihat di pertigaan jalan itu. Cerita itu menggambarkan proses transaksi penjualan obat kuat antara penjual dan pembeli. Untuk memperoleh barang, pembeli tidak harus berhenti di depan toko dan masuk ke dalam toko begitu saja. Pembeli mengontak penjual lewat handphone. Penjual menyediakan barang yang dipesan, dan mengantarkannya di tempat di mana pembeli menghentikan kendaraan.

Catatan

Kota telah memberikan ruang bagi semua jenis usaha dan bisnis. Termasuk bisnis obat kuat. Obat kuat punya hubungan dengan tubuh atau seks. Tubuh yang dipacu karena lemah dan atau karena gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas seksual secara normal. Banyak orang masih menganggap tabu segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah tubuhnya sendiri (seks). Karena itu, mereka tidak berani menonjolkan diri sewaktu melakukan aktivitas pembelian. Cara obat ini dipindahtangankan dari penjual dan pembeli, yakni dengan tidak melakukan transaksi secara biasanya, menandakan bahwa persoalan tubuh (seks) masih dianggap tabu.

Komentar

Anonim mengatakan…
Tulisan ini bagus. Tp, akan lebih bagus kalau dibuat yang lebih panjang. Aku tertarik dengan idemu.

Postingan populer dari blog ini

Ke Labuan Bajo

       Entah darimana isteriku dapat wangsit. T iba-tiba dia membuat rencana hendak   bepergian jauh: ke Labuan Bajo. Niatnya ini dia utarakan padaku, kira-kira tiga bulan sebelum keberangkatan kami.; “Kita akan ke Labuan Bajo   di musim liburan anak-anak nanti.” Tekadnya untuk pergi kian bulat, sebulat telur penyu. Dia rajin melihat review-review di kanal youtube dan medsos lainnya untuk mendapatkan kiat-kiat menempuh perjalanan jauh itu. Aku sendiri tidak pernah terpikir akan jalan-jalan ke sana. Jangankan ke Labuan Bajo, ke pulau tetangga (Sumbawa) saja saya belum pernah injakkan kaki. Sejauh ini, pemandangan di wilayah bagian timur Indonesia hanya saya saksikan secara intens dari menonton film-film Ekspedisi Indonesia Biru garapan dua jurnalis, Bung Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Arz alias Ucok.  Keduanya melakukan perjalanan keliling Nusantara di tahun 2015 silam, cumak bermodal honda bebek, tapi dengan hasil gambar-gambar video yang kemudia...

Fasholatan Kiai Asnawi Kudus

SETELAH hampir setahun, baru kali ini saya punya kesempatan membuka-buka dan membaca sebuah kitab mungil, Kitab Fasholatan , karya Kiai Asnawi Bandan Kudus. Kitab ini dihadiahi Ibu Nyai Sohib Bisri saat kami berziarah ke kediaman beliau di Pesantren Denanyar Jombang dalam bulan Agustus 2016 silam. Kebetulan isteri saya pernah mondok di asrama di bawah asuhan Nyai Sohib. Kedatangan kami ke Denanyar itu jadi semacam acara sowan murid kepada guru.  Bukan main hadiah yang diberikan sang guru kepada bekas muridnya, sebuah kitab berisi tuntunan sholat, dengan harapan agar si murid jangan sampai lalai terhadap kewajiban agama yang maha penting itu. Isteri saya bersama gurunya, Nyai Sohib Bisri (tengah) di Denanyar Djombang Barangkali sang guru tahu belaka kebiasaan para santri mereka setelah jauh dari pesantren, dan hidup bermasyarakat. Sebagian dari mereka telah banyak yang melupakan kebiasaan-kebiasaan saat mondok dulu, hanyut dalam kehidupan yang serba mementingka...

Saya Dibantah

Ketika membahas tentang mitologi pada sebuah kuliah di bulan Mei lalu, saya menjelaskan beberapa contoh dari cerita rakyat dan juga kitab suci. Dalam kitab suci, saya menyebut surat al-fiil , kemudian kisah tentang Adam dan Hawa sebagai contoh. Saya katakan kepada mahasiswa bahwa kedua ayat itu (dan masih banyak yang lain) merupakan contoh mitologi. Mitos saya definisikan sebagai "cara masyarakat membahasakan dan menamai realitas yang dihadapinya." Sebetulnya, definisi ini saya pinjam dari Roland Barthes. Ia mendefinisikan mitos sebagai " a type of speech ," cara bicara. Kita tahu, surat al-fiil itu bicara tentang serombongan tentara berkendara gajah dari Yaman dipimpin oleh seorang raja bernama Abrahah, yang hendak menyerang tanah haram, Mekah. Akan tetapi, rencana besar raja Abrahah ini menemui kegagalan. Di tengah perjalanan menuju Mekah, serombongan burung mengepung dan melempari tentara bergajah itu dengan batu dari neraka. Lumatlah mereka. Diceritakan dalam ...