
Waktu kecil dulu, saya dan anak-anak seusia saya gemar menirukan bagian reffrein dari lagu itu: "imejin of loppipo..." Begitu kami menirukannya. Kebetulan, lagu itu tengah jadi soundtrack iklan anti-perang. Tahun 1991, perang sedang berkecamuk di belahan dunia antah berantah, antara Irak dan Amerika yang didukung sekutunya.
Di kampung, kami tak mencium bau mesiu. Tidak juga terdengar suara ledakan peluru kendali. Tapi, kami

Kalau saya simak, kadang syair lagu itu membuat saya gemetar. Bagaimana tidak? Lennon mengajak kita membayangkan masa depan tanpa harapan akan surga, tanpa harapan akan neraka, tanpa hidup setelah mati, tanpa agama, tanpa negara, tanpa hak milik.
Inikah atheisme dan komunisme? Saya seperti mencium spirit atheisme dan juga komunisme dalam lirik lagu Lennon yang dinyanyikan dengan nada melankolis itu:
Imagine there's no heaven,
It's easy if you try,
No hell below us,
Above us only sky,
Imagine all the people
living for today...
Imagine there's no countries,
It isn't hard to do,
Nothing to kill or die for,
No religion too,
Imagine all the people
living life in peace...
Imagine no possessions,
I wonder if you can,
No need for greed or hunger,
A brotherhood of man,
Imagine all the people
Sharing all the world...
You may say I'm a dreamer,
but I'm not the only one,
I hope some day you'll join us,
And the world will live as one.
Seperti mereka yang menyaksikan degub nadi sejarah dengan getir dan rasa cemas, begitulah Lennon memandang masa depan manusia yang sia-sia. Ia menyimak perang yang tak kunjung usai dan ribuan orang yang mati. Perang pecah atas nama agama, atas nama penegakan nasionalisme, atas nama kebenaran ideologi.
Lennon cemas dan bertanya; jangan-jangan religiusitas hanya kedok yang menyimpan bara kekerasan. Jangan-jangan nasionalisme hanya topeng yang menyimpan kebuasan hasrat menguasai. Jangan-jangan ideologi hanya kamuflase yang dipakai untuk memuaskan dendam.

Karena itu, lewat Imagine, Lennon membangun harapannya yang utopis: hidup tanpa agama, tanpa harapan akan surga dan neraka, sebab di atas kita hanya langit belaka. Hidup tanpa negara, agar tak ada yang terbunuh dan mati sia-sia. Tanpa hak milik, agar tak ada kejahatan akibat perebutan hak milik. Dengan begitu, kita bisa saling berbagi bersama. Hidup itu hanya di dunia ini saja.
Pandangan filsafat macam apakah yang dipakai Lennon untuk membaca realitas ini? Nihilisme-kah?
Anda mungkin mengira saya bermimpi, kata Lennon. Tapi saya tidak sendirian. Katanya lagi. Suatu saa

Tetapi perang adalah sebuah pertunjukan di atas panggung dunia. Negara menciptakan teritori, aturan, hukum dan ketentuan. Negara membuat bendera, memproduksi senjata dan menambah jumlah tentara. Negara melahirkan figur-figur pujaan, para pahlawan dari masa silam. Negara membangun monumen, dan membikin sandiwaranya sendiri tentang nasionalisme.
Setelah perang dunia dalam dua babak berakhir, terbit semacam optimisme bahwa tak akan ada lagi perang, karena kita sudah mulai mengenal apa itu konsensus bersama, apa itu dialog, apa artinya ko

Orang percaya bahwa proses komunikasi itu bisa saja macet. Dialog itu bisa saja berakhir dengan kata tidak sepakat. Bahasa itu bisa saja dimanipulasi. Dan saat itulah perang menjadi solusi. Lennon, dengan bahasanya sendiri, meyakinkan kita bahwa di sana... di suatu dunia yang utopis... ada tanah air tanpa air mata.
I hope some day you'll join us,
And the world will live as one.
Komentar
Barangkali, kitapun akan berpikiran sama dengan lennon jika menghadapi kondisi serupa.
Untungnya, kita masih mengilhami makna agama yang paling dalam. Agama bukan hanya simbol, tapi juga penuntun dan panduan untuk menciptakan kedamaian. Kedamaian dalam diri untuk kemudian diterjemahkan pada realitas di mana kita berada. Karena, bagi orang beragama, tubuh manusia bukan hanya berisi daging, darah, otot, syaraf, tapi juga ada Nur Tuhan yang selalu bersinar.
Jangan mengaku sebagai orang beragama jika untuk menerima Nur-Nya pun kita masih menolaknya.
Karena, seorang lennon pun yang mungkin dianggap atheis lebih beragama dibanding orang-orang yang mengaku paling beragama tapi masih mengumbar nafsu keangkaramurkaan. BTW, MET puasa juga kawan, salam buat kawan2 jogja