Langsung ke konten utama

Kuliner Yogya yang Bukan Khas

Bicara soal kuliner khas di Yogya, orang pasti ingat Gudeg. Ya, itu makanan khasnya. Tapi masih banyak lagi makanan di Yogya yang bukan khas. Saya mau cerita soal pengalaman saya menikmati masakan khas yang tidak populer ini. Ada beberapa warung makan yang sempat saya singgahi, dan beberapa menu favorit saya di masing-masing warung makan itu. Saya mau ceritakan yang berkesan saja.

Pepes Kembung di Laris
Di jalan Wahid Hasyim Nologaten, ada warung terkenal di wilayah itu. Namanya warung Laris. Warung ini berdiri kira-kira sejak tahun 2001. Pertama berdiri lokasinya di dekat warung Selaras Ayam Bakar. Tapi kemudian pindah empat ratus meter ke selatan.

Tepat sekali nama yang diberikan pemiliknya terhadap warung ini. Warung ini benar-benar laris. Banyak anak kos berkunjung ke sana. Apalagi di tempatnya yang sekarang. Wah, kalau sudah jam rehat kuliah, antara jam 11 sampai jam 2 siang, warung ini padat pengunjung. Para mahasiswa dari AMPTA (Akademi Pariwisata) banyak pada ke sana. Mereka masih pada pakai seragam. Mahasiswa perempuannya cakep-cakep. Kalau Anda kurang pe de, jangan deh coba-coba beli makan di jam-jam itu. hehehe...

Di Laris pilihan sayur dan lauknya beragam. Di sini kekuatan dari warung yang mempekerjakan sekitar 10 jurumasak itu. Pembeli bisa memilih apa saja yang disukai. Tinggal ambil sendiri alias prasmanan. Soal harga tidak terlalu mahal. Tempat makannya sederhana. Hanya meja-meja sepanjang dua meter dan kursi plastik sebagai tempat duduknya. Tapi bagi yang memesan ayam bakar dan bakar-bakar yang lain, disediakan tempat lesehan. Oya, lesehan ini baru empat tahun lalu berdiri. Laris mengembangkan sayap dengan membuka menu bakar: ayam bakar, nila bakar, lele bakar, tahu tempe penyet dan telor juga dibakar.

Dari sekian banyak macam menu, tetap saja menu favorit saya yang tidak terkalahkan di warung ini adalah pepes ikan kembung. Apalagi kalau masih hangat-hangat. Rasanya jitu habis sebagai teman makan.

Cita Rasa dan Nasi Bakar
Dari warung Laris, satu kilo kurang lebih ke arah utara di jalan yang sama, kita akan menjumpai warung nasi bernama Cita Rasa. Dulu warung ini berada di timur jalan. Dua tahun lalu pindah ke barat. Berhadapan dengan rumah kos elit, Tectona House.

Saya punya cerita soal warung ini. Kawan saya paling suka makan di warung ini sambil mengarahkan pandangan ke rumah kos elit di timur jalan itu. Pasalnya, ada pemandangan menarik di situ. Sekali-sekali kita bisa saksikan cewek-cewek lalu lalang dalam busana.. yu can see-lah. Sambil makan, setiap orang bisa nikmatin pemandangan itu.

Sebagaimana di Laris, di sini juga pakai sistem prasmanan. Nasi dan lauk dipokwe (di jupok dewe). Menunya mirip dengan laris. Tapi di sini ada gorengan bakwan jagung yang saya suka. Selebihnya, menu makan malam di tempat ini yang sangat berkesan. Di sini dijual nasi bakar. Belum lama ini sih mulai buka menu nasi bakar.

Nasi dibakar? Ya, nasi yang sudah matang dibungkus dengan daun pisang, diberi bumbu secukupnya, lalu dipanaskan di atas bara. Rasanya bro, kalau dimakan habis dibakar... asyik.

Selaras "Petra" Ayam Bakar
Nama warungnya Selaras Ayam Bakar, atau biasa disebut warung Selaras saja. Letaknya di timur jalan, empat ratus meter utara warung Laris. Dua tahun lalu, warung ini dirombak tata ruangnya. Sekarang lebih elegan dibanding dulu. Apalagi disediakan audio segala. Jadi sambil makan, kita bisa dengerin lagu-lagu terbaru, atau lagu-lagu pop yang lagi ngehit. Pengunjung bisa memilih, mau makan di meja atau sambil lesehan. up to yu.

Menu andalan tentu saja ayam bakar. Honestly, saya tidak terlalu suka makanan daging-dagingan. Apalagi kayak ayam bakar begitu. Jadi kalau saya pergi ke Selaras bersama kawan-kawan, saya biasa pesan nasi telor saja. Tapi ada yang bikin suasana spesial di sini. Tapi, ssstt, jangan ribut-ribut. Di Selaras ada anak perempuan empunya warung namanya Petra. Cuakepnya. Kata saya wajahnya mirip Marisa Haque. Yah mirip-mirip geto deh. Sebab ada temen yang gak setuju dengan pendapat saya soal wajah Petra. Kalau mau makan ke sana, kita kadang-kadang tidak lagi bilang "mau ke Selaras, atau mau ke Bu Amin" (nama ibu Petra). Tapi, kita kadang bilang "mau ketemu Petra!" Padahal ngobrol aja enggak! hehehe...

Angkringan Jamur Wedang Jahe
Di tempat saya pernah tinggal enam bulan, di Maguwoharjo, kira-kira sekilo ke utara swalayan Alfa, ada angkringan yang buka malam hari. Menu andalannya; nasi lauk jamur. Semula saya tidak terlalu suka makan jamur, karena rasa dan bentuknya yang mirip daging. Saya kan Veget. Tapi entah kapan saya mulai tidak jijik makan jamur.

Saya biasa menghabiskan dua hingga tiga bungkus saja, ditambah beberapa potong gorengan. Di sini, saya suka memesan minuman jahe panas. Barangkali favorit saya di angkringan ini ya jahe panas itu. Beda dengan angkringan yang lain, di sini jahenya bener-bener dimasak dalam klimak air mendidih. Makanya kudu hati-hati nyeruput. Diamkan beberapa saat. Buka hanya itu, rasa jahenya juga nonjok banget. Saya menduga, jahe ini juga diberi campuran bubuk merica. Karena panas rasanya itu emang bedda sekali.

Texas Tahu Kentuki
Sebelah utara komplek Realino, terdapat gang sempit, gang Pertolongan namanya. Aduh tallong deh sempitnya. Di situ ada warung populer, Texas namanya. Letak warung ini tersembunyi. Tempat parkirnya sempit. Kalau mau ke Texas, sebaiknya jangan bawa kendaraan motor masuk ke dalam area gang ini.

Di sini ramai. Sebagian besar mahasiswa, anak-anak Sanata Dharma umumnya makan di warung ini. Harga murah dan pilihan menu lauknya cukup beragam. Saya dan temen-temen juga kerap ke sana kalau lagi jam kosong kuliah. Beberapa kali saya dan temen-temen ditraktir makan di tempat itu oleh salah seorang dosen, George Aditjondro.

Pada jam makan siang, antrean lumayan banyak. Di sini tidak pakai sistem prasmanan. Jadi, kita cuma bisa nunjuk-nunjuk saja apa pilihan kita, tinggal diambilin. Favorit saya di tempat ini adalah sayur tao ge dan tahu kentuki. Tahu kentuki dibuat dari bahan tahu dan dibumbuhi tepung. Dalam bentuk jadi, mirip ayam Kentucky Fried Chiken. Kalau dimakan ada krutuk-krutuknya.

Pecel Depan Ambarrukmo Hotel
Di depan hotel Ambarrukmo, di selatan jalan agak ke arah timur beberapa langkah, terdapat warung pecel. Menurutku, menunya sih biasa saja. Tapi di sini harga begitu murah dan rasanya lumayan yahut. Jadi rame terus kalo sudah mulai buka. Saya biasa pesan nasi telor sama gorengan tempe. Sambelnya dibikin banjir. Barangkali ini yang disukai pelanggan warung pecel depan hotel itu.

Saya hanya sempet beberapa kali makan di situ. Seorang teman memberi tahu saya ada warung pecel murah dan gurih. Ya itu, pecel depan hotel Ambarrukmo. Yang membuat istimewa cuma sambelnya yang banjir. Enggak tanggung. Dalam hal pecel, saya suka yang enggak tanggung.

Bakso Mas Kribo
Sepulang dari acara nikahan seoran teman di Purworejo, kawan-kawan rombongan mengajak saya mampir di warung bakso: Mas Kribo. Posisinya di jalan Bantul 44. Dari pojok benteng barat ke arah selatan.

Saya tidak terlalu suka makan bakso. Tapi beruntung saya dapat singgah di sini. Saya bisa tahu ada menu yang beda. Nama menu bakso di tempat ini unik. Ada bakso bom, bakso nuklir, bakso rudal, bakso peluru. Pokoknya yang berbau perang. Menu-menu unik lainnya adalah bakso keju, bakso anggur, apel, belimbing, cokelat.

Tanya punya tanya, isi dari bakso buah, bener-bener buah. Bakso anggur, di dalamnya ada anggur. Begitu juga yang lain. Tapi saya belum sempat mencoba satu-satu. Kapan-kapan deh. Tertarik dengan bakso bom, saya memilih bakso bom. Di dalam isinya telor ayam satu biji. Untung saya ngambil satu biji. Kalau sampai dua, perut saya bisa meledak karena kenyang...

Komentar

Anonim mengatakan…
Top kawan, ulasannya benar-benar menyentuh langsung ke kehidupan masyarakat, menyatu dan menjadi suara mereka. suara kawan mewujud kedalam bentuk yang oleh mereka para penulis besar belum pernah di sentuh -internasionalisasi kehidupan di sekitar kita.
apalagi melihat masakan "laris" yang khas warung "Laris" dan menu lain Khas (tidak khas) Yogya, mengundang semua orang yang pernah tau Yogya mengulum ludah mereka, aku pastikan itu!
samsulbahri mengatakan…
thanks a lot, atas komentar kawan.
Ibnul A'robi mengatakan…
Masih langganan makan malam di selaras pak? meskipun dah 5 tahun ga ke gaten, petra kayaknya masih bisa terlihat samar-samar dalam ruang imaji. Boleh tuh pak buat. Aq saranin buat pak dosen aja. Biar tiap malem dapet ayam bakar gratiiiis, he..he
samsulbahri mengatakan…
Saya sudah jarang ke Selaras. Paling banter masih ke Laris. Petra itu calon nyai. Jadi, pantesnya sama calon pak yai. Secara, kita kan masih preman.
Amisha mengatakan…
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

Postingan populer dari blog ini

Ke Labuan Bajo

       Entah darimana isteriku dapat wangsit. T iba-tiba dia membuat rencana hendak   bepergian jauh: ke Labuan Bajo. Niatnya ini dia utarakan padaku, kira-kira tiga bulan sebelum keberangkatan kami.; “Kita akan ke Labuan Bajo   di musim liburan anak-anak nanti.” Tekadnya untuk pergi kian bulat, sebulat telur penyu. Dia rajin melihat review-review di kanal youtube dan medsos lainnya untuk mendapatkan kiat-kiat menempuh perjalanan jauh itu. Aku sendiri tidak pernah terpikir akan jalan-jalan ke sana. Jangankan ke Labuan Bajo, ke pulau tetangga (Sumbawa) saja saya belum pernah injakkan kaki. Sejauh ini, pemandangan di wilayah bagian timur Indonesia hanya saya saksikan secara intens dari menonton film-film Ekspedisi Indonesia Biru garapan dua jurnalis, Bung Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Arz alias Ucok.  Keduanya melakukan perjalanan keliling Nusantara di tahun 2015 silam, cumak bermodal honda bebek, tapi dengan hasil gambar-gambar video yang kemudia...

Fasholatan Kiai Asnawi Kudus

SETELAH hampir setahun, baru kali ini saya punya kesempatan membuka-buka dan membaca sebuah kitab mungil, Kitab Fasholatan , karya Kiai Asnawi Bandan Kudus. Kitab ini dihadiahi Ibu Nyai Sohib Bisri saat kami berziarah ke kediaman beliau di Pesantren Denanyar Jombang dalam bulan Agustus 2016 silam. Kebetulan isteri saya pernah mondok di asrama di bawah asuhan Nyai Sohib. Kedatangan kami ke Denanyar itu jadi semacam acara sowan murid kepada guru.  Bukan main hadiah yang diberikan sang guru kepada bekas muridnya, sebuah kitab berisi tuntunan sholat, dengan harapan agar si murid jangan sampai lalai terhadap kewajiban agama yang maha penting itu. Isteri saya bersama gurunya, Nyai Sohib Bisri (tengah) di Denanyar Djombang Barangkali sang guru tahu belaka kebiasaan para santri mereka setelah jauh dari pesantren, dan hidup bermasyarakat. Sebagian dari mereka telah banyak yang melupakan kebiasaan-kebiasaan saat mondok dulu, hanyut dalam kehidupan yang serba mementingka...

Larantuka

Ada dua jalur yang akan ditempuh untuk sampai ke Ende. Pertama, dengan kapal laut yang bertolak dari Surabaya. Kedua, dengan kapal laut yang sama yang bertolak dari Lombok. Keduanya sama-sama pilihan yang ambigu.  Setelah berdiskusi, akhirnya kami ambil opsi kedua; bertolak dari Gilimas Lombok. Itu artinya, kami harus menyeberang ke Lombok dulu dari Padangbay menuju Lembar. Perjalanan dari rumah kami di Jembrana Bali, dimulai pada jam 2 siang, tanggal 10 Juni 2025, hari Selasa, bertepatan tanggal 14 Dzulhijjah 1446 tahun hijriyah.  Kendaraan masih Toyota Rush Konde legendaris yang sudah hampir dua belas tahun menemani perjalanan kami. Segala sesuatu persiapan terkait kendaraan ini sudah Aku cukupi. Mulai dari servis berkala, penggantian oli mesin, ganti bearings (klaher) di bagian roda depan kiri, perbaikan seal rem yang rusak, hingga penggantian empat buah ban roda. Kali ini Aku coba pakai GT Savero untuk mengganti merk ban asli Dunlop.  Harga GT Savero lebih murah 450.0...