Maradona betul-betul seorang bintang.
Nama Maradona sudah kukenal sejak kanak-kanak. Lebih tepatnya sejak di bangku taman kanak-kanak.
Barangkali, dia nama satu-satunya pemain sepakbola dari luar yang kukenal namanya. Lain tidak.
Aku pernah dibelikan kaos bola seragam (jersey) timnas Argentina bernomor punggung 10. Ibuku yang membelikannya di pedagang emper pasar tradisional Sabtu pagi.
Poster-poster Maradona dengan seragam tim Tanggo banyak bertengger di dinding tembok ataupun dinding bedek rumah-rumah warga kampungku. Kadang bersanding dengan bintang-bintang sepakbola ternama lainnya, seperti Van Basten dan Ruud Gulit.
Aku mengenal wajah Maradona dengan jelas dari poster-poster itu. Sesekali dia terlihat dalam sekelebat siaran berita di TVRI berlayar hitam-putih.
Benar-benar mempesona di mata kanak-kanak seusiaku.
Di masa kanak itu, Aku pernah melambungkan mimpi ingin menjadi seperti Maradona yang hebat itu. Dengan bola plastik dan kaos bernomor 10, Aku menggiring bola di halaman depan rumah, atau di lapangan rumput depan sekolah.
Sungguh, tak ada yang lebih indah dari mimpi masa kanak-kanak. Saat Aku belum tahu benar lika-liku dunia sepakbola.
Di bangku sekolah, sepakbola, kata guru olahragaku menerangkan, adalah sebuah kegiatan olahraga yang dimainkan oleh dua regu yang terdiri dari sebelas pemain dalam masing-masing regu, dimainkan di lapangan berukuran sekian kali sekian meter, dengan seorang wasit dibantu dua hakim garis....
Aku dan juga teman-temanku yang lain, senantiasa senang gembira begitu jam pelajaran olahraga diisi permainan sepakbola. Sungguh menggembirakan.
Bola digiring dari kaki ke kaki. Badan berjibaku, saling menubruk kadang. Saling menyikut. Protes dan perkelahian kecil kadang terjadi jika ada yang berbuat curang.
Kelak kemudian, Aku pun mengerti lebih jauh apa itu sepakbola.
Sepakbola bukan cuma olahraga seperti dalam definisi yang diterangkan di bangku sekolah. Sepakbola berkelindan dengan beragam hal di luarnya. Sepakbola itu hiburan. Sepakbola itu bisnis. Sepakbola itu menggerakkan penonton, fans. Sepakbola memutar cepat peredaran uang. Sepakbola melahirkan gaya hidup. Sepakbola itu politik. Sepakbola melahirkan korupsi, suap, sogok, dan hal negatif lainnya. Sepakbola melahirkan bintang yang menjulang, pahlawan yang dibanggakan, seperti Si Diego Maradona itu.
Dan akhirnya kita harus mengatakan bahwa Sepakbola melahirkan sejarahnya sendiri.
Lebih sublim lagi, sepakbola juga melahirkan tafsir bagi filosofi hidup, pemaknaan atas realitas sosial dan politik, seperti yang banyak sekali diulas oleh Romo Sindhunata dalam kolom-kolom esainya di surat kabar. Juga seperti yang dengan jeli diulas oleh Gus Dur dalam esai-esai pendeknya.
Barangkali, tiada olahraga yang begitu besar dan jauh jangkauan implikasinya dalam kehidupan manusia selain sepakbola.
Maradona itu salah satu buktinya.
Maradona telah tiada. Tetapi sebelum dia tiada, telah lahir begitu banyak bintang-bintang sepakbola yang menjadi idola.
Namun, adakah lagi bintang yang lebih bersinar terang seperti Maradona??!!
Komentar