Langsung ke konten utama

Murid

Putriku yang telah berusia tujuh tahun, Yasi, masuk sekolah mulai hari Senin 15 Juli. Beberapa minggu lalu ibunyalah yang paling sibuk mempersiapkan segala perlengkapan untuknya: sepatu, tas, tempat alat tulis, tempat makanan, tempat minum. Seperti perlengkapan anak yang mau pergi Kemping (Camping).

Pagi hari jam 6 sebelum matahari muncul, dia telah bangun tidur, lebih awal dari biasanya, langsung meluncur ke tempat mandi yang telah disiapkan di dalam ember dengan dicampur air panas. Kalau tidak dicampur air panas, pasti dia tidak akan berani menceburkan badannya ke dalam air dingin, apalagi di musim berhawa dingin dalam Bulan Juli ini.

Selesai mandi, dia bersembahyang Subuh. Sarapan telah disiapkan, dibeli dari warung di pinggir jalan yang menjual nasi bungkus daun pisang.

Hari Senin itu dia mengenakan seragam atasan baju putih dan bawahan rok merah. Warna seragam nasional yang juga dulu Aku kenakan sewaktu di bangku sekolah dasar. Aku berpikir sejenak saat mengamati putriku dalam seragam nasional itu: mengapa atasan bajunya berwarna putih dan bawahan berwarna merah?? Bukankah ini berbalik dengan warna bendera negara kita; atasnya merah dan bawahnya putih?? Kalau bajunya merah dan roknya putih kan sama dengan warna bendera yang kita banggakan dan kita beri hormat dalam upacara resmi tiap hari Senin pagi itu...

Warna putih-merah ini mirip seragam sekolah siswa di negara sosialis Kuba yang pernah dipimpin lama oleh Kamerad Fidel Castro.... Ambohyooo... Warna putih-merah ini hanya satu dari empat jenis seragam yang dikenakan. Banyak banget ya, seragam sekolah siswa di Indonesia? Selain putih-merah, ada baju batik ciri khas kebudayaan nasional, ada baju pramuka berdasar warna coklat, ada baju olahraga berbahan kaos.

Seragam sekolah siswa di Sekolah Dasar Kuba


Baju seragam itu dikenakan menurut hari-hari tertentu. Putih-merah biasanya Senin-Selasa. Kaos olahraga Sabtu. Di Bali khusus Hari Kamis siswa di sekolah umum memakai baju adat Bali, lengkap dengan udengnya, kecuali bagi non-Hindu cukup mengenakan batik. Peraturan ini berlaku se regional Provinsi Bali sejak gubernur dijabat Pak Wayan Koster, kader PDI-P itu. 

Saking banyaknya seragam sekolah itu, kadang-kadang orang tua yang kurang telaten atau karena terlalu sibuk ngurus kerjaan, bisa dibikin bingung menentukan mana yang harus dikenakan si anak saat akan berangkat pada hari-hari sekolah.

Mengapa sekolah-sekolah tidak membuat satu warna seragam saja, dan selebihnya silakan pakai baju bebas, baju apa saja yang penting sopan..!

Seragam sekolah ini seringkali jadi momok bagi anak-anak waktu mau berangkat sekolah. Anak-anak kitalah yang kerap jadi korban ketika mereka salah pakai seragam, atau seragamnya hilang ketelingsut entah di kolong mana.

Aku pernah menyaksikan berberapa kali drama kecil pertengkaran di pagi buta antara seorang ibu dan anaknya yang kehilangan baju seragam.

Entah hari itu hari apa.. Sebut saja hari nahas bagi si Anak. Baju seragamnya tertinggal entah dimana. Dia ngambek tidak mau berangkat sekolah. Si Ibu setengah bangke berusaha mencari seragam yang hilang itu sambil mulutnya tak henti mengomel. Sampai akhirnya seragam itu ditemukan di tempat cucian dan masih dalam kondisi kusut masai karena belum dicuci. Apa boleh buat, baju dekil itu terpaksa dikenakan si Anak berangkat sekolah.

Lain waktu pertengkaran terjadi lagi lantaran Ortu salah mengenakan baju seragam buat Si Anak. Saat si Anak diantar pergi dan sudah sampai di sekolah dengan baju pramuka,,, eeehhh taunya teman-temannya semua mengenakan baju batik, karena hari itu harus berbusana batik. Terpaksa balik pulang ganti seragam. Ortunya sendiri lupa kalau hari itu hari Kamis, dikiranya Jumat.

Nah, begitulah sekelumit contoh ribetnya bersekolah dengan berseragam. Masih banyak contoh kasus lain soal ini... "Gara-gara Seragam..."

Siswa sekolah dasar di Finlandia, tanpa seragam. Sistem pendidikan di Finlandia yang terbaik nomor 1 di dunia.


Saya membayangkan sekolah itu dibikin santai saja, jangan terlalu formal. Kalau pun butuh seragam kasih satu warna saja dan khusus digunakan di hari pertama masuk sekolah; Senin. Hari-hari lainnya siswa bebas pakai baju apa saja yang penting pantas....!!!




 
  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Labuan Bajo

       Entah darimana isteriku dapat wangsit. T iba-tiba dia membuat rencana hendak   bepergian jauh: ke Labuan Bajo. Niatnya ini dia utarakan padaku, kira-kira tiga bulan sebelum keberangkatan kami.; “Kita akan ke Labuan Bajo   di musim liburan anak-anak nanti.” Tekadnya untuk pergi kian bulat, sebulat telur penyu. Dia rajin melihat review-review di kanal youtube dan medsos lainnya untuk mendapatkan kiat-kiat menempuh perjalanan jauh itu. Aku sendiri tidak pernah terpikir akan jalan-jalan ke sana. Jangankan ke Labuan Bajo, ke pulau tetangga (Sumbawa) saja saya belum pernah injakkan kaki. Sejauh ini, pemandangan di wilayah bagian timur Indonesia hanya saya saksikan secara intens dari menonton film-film Ekspedisi Indonesia Biru garapan dua jurnalis, Bung Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Arz alias Ucok.  Keduanya melakukan perjalanan keliling Nusantara di tahun 2015 silam, cumak bermodal honda bebek, tapi dengan hasil gambar-gambar video yang kemudia...

Fasholatan Kiai Asnawi Kudus

SETELAH hampir setahun, baru kali ini saya punya kesempatan membuka-buka dan membaca sebuah kitab mungil, Kitab Fasholatan , karya Kiai Asnawi Bandan Kudus. Kitab ini dihadiahi Ibu Nyai Sohib Bisri saat kami berziarah ke kediaman beliau di Pesantren Denanyar Jombang dalam bulan Agustus 2016 silam. Kebetulan isteri saya pernah mondok di asrama di bawah asuhan Nyai Sohib. Kedatangan kami ke Denanyar itu jadi semacam acara sowan murid kepada guru.  Bukan main hadiah yang diberikan sang guru kepada bekas muridnya, sebuah kitab berisi tuntunan sholat, dengan harapan agar si murid jangan sampai lalai terhadap kewajiban agama yang maha penting itu. Isteri saya bersama gurunya, Nyai Sohib Bisri (tengah) di Denanyar Djombang Barangkali sang guru tahu belaka kebiasaan para santri mereka setelah jauh dari pesantren, dan hidup bermasyarakat. Sebagian dari mereka telah banyak yang melupakan kebiasaan-kebiasaan saat mondok dulu, hanyut dalam kehidupan yang serba mementingka...

Larantuka

Ada dua jalur yang akan ditempuh untuk sampai ke Ende. Pertama, dengan kapal laut yang bertolak dari Surabaya. Kedua, dengan kapal laut yang sama yang bertolak dari Lombok. Keduanya sama-sama pilihan yang ambigu.  Setelah berdiskusi, akhirnya kami ambil opsi kedua; bertolak dari Gilimas Lombok. Itu artinya, kami harus menyeberang ke Lombok dulu dari Padangbay menuju Lembar. Perjalanan dari rumah kami di Jembrana Bali, dimulai pada jam 2 siang, tanggal 10 Juni 2025, hari Selasa, bertepatan tanggal 14 Dzulhijjah 1446 tahun hijriyah.  Kendaraan masih Toyota Rush Konde legendaris yang sudah hampir dua belas tahun menemani perjalanan kami. Segala sesuatu persiapan terkait kendaraan ini sudah Aku cukupi. Mulai dari servis berkala, penggantian oli mesin, ganti bearings (klaher) di bagian roda depan kiri, perbaikan seal rem yang rusak, hingga penggantian empat buah ban roda. Kali ini Aku coba pakai GT Savero untuk mengganti merk ban asli Dunlop.  Harga GT Savero lebih murah 450.0...