Aku sangat terhibur dengan video viral pemuda 17 tahun Willconnolly yang nekat menceplok sebutir telor mentah di kepala senator Queensland Fraser Anning saat tengah diwawancara.
Tak jemu Aku putar dan putar lagi video ini, membayangkan berbutir-butir telor mentah diceplok di kepala senator rasis itu. Alangkah indah pula jika ada dari pemuda-pemuda kita yang nekat malakukan hal serupa di kepala para anggota dewan atau para koruptor yang gemar cengengesan di muka kamera saat diwawancara awak media.
Aksi Will yang kemudian dijuluki eggboy bermula dari kejengkelannya atas komentar si Fraser mengenai tragedi penembakan jamaah sholat jumat di dua masjid Masjid Al Noor dan Masjid Linwood di Cristchurch New Zealand pada 15 Maret lalu.
Seperti diketahui, penembakan bermotif kebencian etnik yang dilakukan oleh Brenton Tarrant itu menewaskan seketika 49 orang dan melukai puluhan orang lainnya. Aksi itu dilakukan saat jamaah tengah mendengarkan khotbah Jumat.
Dunia terkejut. Aku juga..!!
Selandia Baru, negara penghasil buah kiwi yang banyak kita jumpai di Supermarket Indonesia itu terkenal sebagai negara paling damai, paling toleran, paling jarang terdengar berita buruknya.
Sejumlah imigran dari negara muslim seperti Pakistan, Mesir, dan Indonesia, tinggal dan mengadu nasib di negara maju itu. Berhubung para perantau ini adalah orang-orang berlatar kelas menengah (dokter, arsitek, bisnismen), maka dengan mudah mereka dapat melakukan penetrasi ke dalam sistem sosial dan menjadi bagian penting dari berjalannya roda ekonomi di negara itu.
Kehidupan minoritas mereka sebagai muslim yang militan tentu memiliki warna tersendiri di tengah-tengah arus masyarakat warga negara yang sebagian besar "tidak percaya Tuhan" itu. Ritme keseharian mereka berkisar antara rumah, tempat kerja dan tempat ibadah.
Mereka lalu tampak sebagai "the stranger", asing. Dan dengan sendirinya lalu diposisikan sebagai "the Other". Uniknya, bukan negara dan sistem politik di negara itu yang memposisikan mereka sebagai "The Other", melainkan segelintir orang yang merasa sebagai "the Nature", Pribumi, gerakan politik ultra-kanan dari negara seberang yang memang anti imigran, dan melihat perkembangan kaum imigran di Selandia Baru sebagai sebuah ancaman.
Karena itulah, orang macam Fraser menyalahkan imigran muslim atas kejadian itu. Dia menganggap penembakan itu sebagai hal wajar karena aksi teror di banyak belahan dunia toh banyak pelakunya orang muslim.
Ujar papatah "Mulutmu Ular Kobramu"!!
Ujaran rasial Si Fraser (bukankah FRASER adalah nama sejenis syndrom penyakit??) berujung protes, termasuk dari si Will remaja pemberani itu.
Tak jemu Aku putar dan putar lagi video ini, membayangkan berbutir-butir telor mentah diceplok di kepala senator rasis itu. Alangkah indah pula jika ada dari pemuda-pemuda kita yang nekat malakukan hal serupa di kepala para anggota dewan atau para koruptor yang gemar cengengesan di muka kamera saat diwawancara awak media.
Aksi Will yang kemudian dijuluki eggboy bermula dari kejengkelannya atas komentar si Fraser mengenai tragedi penembakan jamaah sholat jumat di dua masjid Masjid Al Noor dan Masjid Linwood di Cristchurch New Zealand pada 15 Maret lalu.
Seperti diketahui, penembakan bermotif kebencian etnik yang dilakukan oleh Brenton Tarrant itu menewaskan seketika 49 orang dan melukai puluhan orang lainnya. Aksi itu dilakukan saat jamaah tengah mendengarkan khotbah Jumat.
Dunia terkejut. Aku juga..!!
Selandia Baru, negara penghasil buah kiwi yang banyak kita jumpai di Supermarket Indonesia itu terkenal sebagai negara paling damai, paling toleran, paling jarang terdengar berita buruknya.
Sejumlah imigran dari negara muslim seperti Pakistan, Mesir, dan Indonesia, tinggal dan mengadu nasib di negara maju itu. Berhubung para perantau ini adalah orang-orang berlatar kelas menengah (dokter, arsitek, bisnismen), maka dengan mudah mereka dapat melakukan penetrasi ke dalam sistem sosial dan menjadi bagian penting dari berjalannya roda ekonomi di negara itu.
Kehidupan minoritas mereka sebagai muslim yang militan tentu memiliki warna tersendiri di tengah-tengah arus masyarakat warga negara yang sebagian besar "tidak percaya Tuhan" itu. Ritme keseharian mereka berkisar antara rumah, tempat kerja dan tempat ibadah.
Mereka lalu tampak sebagai "the stranger", asing. Dan dengan sendirinya lalu diposisikan sebagai "the Other". Uniknya, bukan negara dan sistem politik di negara itu yang memposisikan mereka sebagai "The Other", melainkan segelintir orang yang merasa sebagai "the Nature", Pribumi, gerakan politik ultra-kanan dari negara seberang yang memang anti imigran, dan melihat perkembangan kaum imigran di Selandia Baru sebagai sebuah ancaman.
Karena itulah, orang macam Fraser menyalahkan imigran muslim atas kejadian itu. Dia menganggap penembakan itu sebagai hal wajar karena aksi teror di banyak belahan dunia toh banyak pelakunya orang muslim.
Ujar papatah "Mulutmu Ular Kobramu"!!
Ujaran rasial Si Fraser (bukankah FRASER adalah nama sejenis syndrom penyakit??) berujung protes, termasuk dari si Will remaja pemberani itu.
Komentar