Harga minyak (premium) naik malam ini. Aku baru tahu beberapa saat setelah makan nasi bungkus dan menghabiskan secangkir kopi Arab (qahwah) di beranda di halaman rumah sambil menikmati semilir angin.
Beruntung sudah selesai makan. Andaikata berita ini kudengar sebelum atau saat di pertengahan mengunyah nasi, barangkali selera makanku bakal down, dan seruputan qahwah terasa hambar.
Seperti musibah, kenaikan harga minyak selalu bikin murung. Paling-paling yang paling merasa diuntungkan sesaat atas kenaikan harga ini adalah pedagang eceran yang siang tadi kebetulan mengisi penuh jerigen dengan harga lama, dan besok pagi sudah dapat menjualnya dengan harga baru.
Bagaimana tidak murung? BBM ini semacam komoditas bertuah. Sekali dia naik, maka hampir seluruh harga kebutuhan pokok lainnya akan naik, termasuk biaya lain-lain, seperti ongkos angkot, ongkos isi angin roda di tukang pres ban, sampai biaya persewaan terop dan sound system buat acara kawinan ikut memasang tarif baru. Jangan tanya lagi harga beras dan gula..!!
Jangan-jangan tukang cukur langgananku di sudut pasar tradisional itu juga akan menaikkan tarif pangkas rambut. Semogalah dia menaikkan tarifnya. Sebab, setahuku, dialah tukang cukur yang masih mempertahankan harga jasa potong rambut di saat para tukang babat rambut kepala lainnya sudah beberapa kali menaikkan ongkos cukur.
Tarif jasa potong yang dia berlakukan saat ini masih seperti ongkos ketika pertamakali Aku menyerahkan kepalaku padanya untuk dicukur. Waktu itu, rambutku masih hitam, belum satupun terlihat beruban seperti saat ini.
By the way, kok Aku jadi ngomongin soal tukang cukur. ???
Tak seberapa lama dari setelah berita kenaikan BBM tersiar melalui kanal-kanal media, tiba-tiba muncul berita baru mengabarkan 'harga BBM tidak jadi dinaikkan." Jeda waktunya hanya dalam hitungan menit.
Didorong penasaran, kucaritau apa sebab premiyum yang sudah naik harga tiba-tiba turun harga lagi. Dikatakan pemerintah, satu alasan pembatalan kenaikan harga BBM jenis premium lantaran "pertamina belum siap." (Belum siap didemo.!!).🐍🐙 Kan cuma AHY dan partai Demokrat yang selalu S14P...!!
Di balik alasan "belum siap" itu, ada alasan lain yang lebih masuk dengkul..eih masuk akal. Alasan ini cukup politis. Kau pasti sudah tahu kan beb..??!!
Kali ini Aku mau belagak macam analis politik yang pandai 'ngecap' di televisi. (Belakangan jumlah para pengamat politik ini makin menjamur, mengalahkan jumlah pengamat sepakbola.)
Mengapa harga BBM Premium tadi malam sempat kayak orang push-up?? Mau tau....??!!
Bahan bakar minyak jenis premium ini paling rendah harganya di level kasta harga beragam jenis bahan bakar lainnya. (Hayoo.. siapa yang hafal nama-nama bahan bakar minyak yang dijual di pom bensin???). Meminjam istilah model kasta sosial di Bali, Premium ini tingkat kasta Sudra.
Konon kabarnya, BBM jenis premium ini adalah jenis bahan bakar yang sudah tidak lagi diperjual belikan di dunia, lantaran kandungan zat berbahaya yang terdapat di dalamnya. BBM premium ini dituduh tidak ramah lingkungan. Asap yanng keluar dari kendaraan berbahan bakar Premium dapat menyebabkan kanker bagi yang tiap hari menghirup udara yang tercemar olehnya.
Di beberapa negara, di Singapura dan Malaysia yang paling deket dengan kita, sudah tidak ada penjual memperdagangkan minyak yang warnanya seperti air kencingmu itu.
Di Indonesia, premium paling banyak dikonsumsi. Banyak kendaraan yang masih doyan minum Premium, kerna satu alasan saja: Paling Murah. Harganya di POM cuma Rp. 6.550. Di tingkat pengecer di Bali harganya 8.000. Setelah dioplos pertamax bisa dijual 10.000. (Hebat kan nalar bisnis rakyat kecil kita??)
Nah, sehubungan bahan bakar ini menjadi minuman kendaraan rakyat menengah ke bawah, maka kenaikan harganya sudah barang tentu bakal menimbulkan keributan sosial. Keributan sosial bisa bikin pamor kita punya presiden yang sebentar lagi maju Nyapres akan tercoreng moreng.
Kalau pamor tercoreng, kepercayaan rakyat turun, dituduh mengeluarkan kebijakan tidak populis sama pengamat, elektabilitas jadi merosot. Bisa berakibat fatal.
Makanya, jangan cobak-cobak naikkan harga minyak terutama premium ini di saat menjelang pemilu. Lebih baik tunda dululah. Sebentar kalau sudah terpilih lagi, suka suka lo lah naikin harga minyak..!!!
Beruntung sudah selesai makan. Andaikata berita ini kudengar sebelum atau saat di pertengahan mengunyah nasi, barangkali selera makanku bakal down, dan seruputan qahwah terasa hambar.
Seperti musibah, kenaikan harga minyak selalu bikin murung. Paling-paling yang paling merasa diuntungkan sesaat atas kenaikan harga ini adalah pedagang eceran yang siang tadi kebetulan mengisi penuh jerigen dengan harga lama, dan besok pagi sudah dapat menjualnya dengan harga baru.
Bagaimana tidak murung? BBM ini semacam komoditas bertuah. Sekali dia naik, maka hampir seluruh harga kebutuhan pokok lainnya akan naik, termasuk biaya lain-lain, seperti ongkos angkot, ongkos isi angin roda di tukang pres ban, sampai biaya persewaan terop dan sound system buat acara kawinan ikut memasang tarif baru. Jangan tanya lagi harga beras dan gula..!!
Jangan-jangan tukang cukur langgananku di sudut pasar tradisional itu juga akan menaikkan tarif pangkas rambut. Semogalah dia menaikkan tarifnya. Sebab, setahuku, dialah tukang cukur yang masih mempertahankan harga jasa potong rambut di saat para tukang babat rambut kepala lainnya sudah beberapa kali menaikkan ongkos cukur.
Tarif jasa potong yang dia berlakukan saat ini masih seperti ongkos ketika pertamakali Aku menyerahkan kepalaku padanya untuk dicukur. Waktu itu, rambutku masih hitam, belum satupun terlihat beruban seperti saat ini.
![]() |
Pak Sobari lagi mangkas rambutku. Tarif 10.000 per kepala. Lokasi: Pasar Umum Negara Jembrana / foto oleh I Ngurah Suryawan |
By the way, kok Aku jadi ngomongin soal tukang cukur. ???
Tak seberapa lama dari setelah berita kenaikan BBM tersiar melalui kanal-kanal media, tiba-tiba muncul berita baru mengabarkan 'harga BBM tidak jadi dinaikkan." Jeda waktunya hanya dalam hitungan menit.
Didorong penasaran, kucaritau apa sebab premiyum yang sudah naik harga tiba-tiba turun harga lagi. Dikatakan pemerintah, satu alasan pembatalan kenaikan harga BBM jenis premium lantaran "pertamina belum siap." (Belum siap didemo.!!).🐍🐙 Kan cuma AHY dan partai Demokrat yang selalu S14P...!!
Di balik alasan "belum siap" itu, ada alasan lain yang lebih masuk dengkul..eih masuk akal. Alasan ini cukup politis. Kau pasti sudah tahu kan beb..??!!
Kali ini Aku mau belagak macam analis politik yang pandai 'ngecap' di televisi. (Belakangan jumlah para pengamat politik ini makin menjamur, mengalahkan jumlah pengamat sepakbola.)
Mengapa harga BBM Premium tadi malam sempat kayak orang push-up?? Mau tau....??!!
Bahan bakar minyak jenis premium ini paling rendah harganya di level kasta harga beragam jenis bahan bakar lainnya. (Hayoo.. siapa yang hafal nama-nama bahan bakar minyak yang dijual di pom bensin???). Meminjam istilah model kasta sosial di Bali, Premium ini tingkat kasta Sudra.
Konon kabarnya, BBM jenis premium ini adalah jenis bahan bakar yang sudah tidak lagi diperjual belikan di dunia, lantaran kandungan zat berbahaya yang terdapat di dalamnya. BBM premium ini dituduh tidak ramah lingkungan. Asap yanng keluar dari kendaraan berbahan bakar Premium dapat menyebabkan kanker bagi yang tiap hari menghirup udara yang tercemar olehnya.
Di beberapa negara, di Singapura dan Malaysia yang paling deket dengan kita, sudah tidak ada penjual memperdagangkan minyak yang warnanya seperti air kencingmu itu.
Di Indonesia, premium paling banyak dikonsumsi. Banyak kendaraan yang masih doyan minum Premium, kerna satu alasan saja: Paling Murah. Harganya di POM cuma Rp. 6.550. Di tingkat pengecer di Bali harganya 8.000. Setelah dioplos pertamax bisa dijual 10.000. (Hebat kan nalar bisnis rakyat kecil kita??)
Nah, sehubungan bahan bakar ini menjadi minuman kendaraan rakyat menengah ke bawah, maka kenaikan harganya sudah barang tentu bakal menimbulkan keributan sosial. Keributan sosial bisa bikin pamor kita punya presiden yang sebentar lagi maju Nyapres akan tercoreng moreng.
Kalau pamor tercoreng, kepercayaan rakyat turun, dituduh mengeluarkan kebijakan tidak populis sama pengamat, elektabilitas jadi merosot. Bisa berakibat fatal.
Makanya, jangan cobak-cobak naikkan harga minyak terutama premium ini di saat menjelang pemilu. Lebih baik tunda dululah. Sebentar kalau sudah terpilih lagi, suka suka lo lah naikin harga minyak..!!!
Komentar