Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Sebetulnya Perlukah Ada Perayaan Hari Santri Nasional?

Kira-kira dalam tahun 2001 persisnya. Saya diajak seorang kawan, Ahmad Adib Saifuddin (Allahuyarhamh), berkunjung ke sebuah pesantren di Kaliangkrik Magelang Jawa Tengah. Di pesantren itu, tinggal menuntut ilmu adik dari kawan saya ini bernama Ahmad Amin Badrudduja. Selepas turun dari terminal Candi Borobudur, kami berjalan kaki melawati jalanan kampung, kebun-kebun, persawahan, sungai yang curam dengan sebuah jembatan gantung yang menghubungkan kedua tebingnya, lalu pekuburan Nasrani, persawahan lagi, dan sampailah di tempat yang disebut pesantren itu. Hari telah beranjak senja. Waktu shalat Ashar hampir habis. Sangat sederhana.. bersahaja..!! Begitulah berkali-kali Aku mengungkapkan kesanku melihat pesantren ini. Tempat tinggal santri hanya berupa bangunan kayu berdinding bedek bambu beratap anyaman daun kelapa dan asbes. Ukurannya kecil. Cukup menampung lima orang di dalamnya. Satu-satunya lampu penerang hanyalah bola lampu berdaya 5 watt warna kuning yang membuat mata memicing ...

Tukang Lapor

Bosan hidup pas pasan? Pengen mendadak kaya? Dapet duit kes 200 juta? Ini bukan iklan bohongan. Ini program terbaru pemerintah Indonezia dalam rangka menaikkan jumlah kelas menengah, mendongkrak daya beli masyarakat, mengurangi angka kemiskinan, memperbanyak jumlah orang kaya mendadak...!!! Sudah ada Peraturan Pemerintah yang ditandatangani Pak De Jo yang jadi presiden itu mengenai reward kes 200 juta ini. Syaratnya gampang. Kamu cuma butuh keterampilan jadi "Tukang Lapor". / Pelapor. Tukang Lapor??? Ya. Jadi Tukang Lapor. Ada yang korupsi... Laporkan Ada pungli... Laporkan Laporkan hal ini kepada anggota lembaga Anti-rasuah (KPK). Cantumkan KTP dan alamat lengkapmu. Kalau ternyata laporanmu benar dan meyakinkan, terimalah itu duit 200 juta. Hagaimana? Hamu tertarik Hengan Hawaran Menghiurkan Hini??? Saking gembiranya mendapat kabar ini, Aku sampai terengah-engah ketika bikin tulisan ini.... Setelah mendengar kabar menggembirakan ini, Aku sendiri sudah puny...

Harga Minyak Naik.. Lalu Turun Lagi

Harga minyak (premium) naik malam ini. Aku baru tahu beberapa saat setelah makan nasi bungkus dan menghabiskan secangkir kopi Arab (qahwah) di beranda di halaman rumah sambil menikmati semilir angin. Beruntung sudah selesai makan. Andaikata berita ini kudengar sebelum atau saat di pertengahan mengunyah nasi, barangkali selera makanku bakal down, dan seruputan qahwah terasa hambar. Seperti musibah, kenaikan harga minyak selalu bikin murung. Paling-paling yang paling merasa diuntungkan sesaat atas kenaikan harga ini adalah pedagang eceran yang siang tadi kebetulan mengisi penuh jerigen dengan harga lama, dan besok pagi sudah dapat menjualnya dengan harga baru. Bagaimana tidak murung? BBM ini semacam komoditas bertuah. Sekali dia naik, maka hampir seluruh harga kebutuhan pokok lainnya akan naik, termasuk biaya lain-lain, seperti ongkos angkot, ongkos isi angin roda di tukang pres ban, sampai biaya persewaan terop dan sound system buat acara kawinan ikut memasang tarif baru. Jangan t...

Kata Pak De Jokowi, Kita Tidak Butuh Bank Dunia dan IMF. Nyatanya Kok......!??

Masih ingat pidato Presiden Jokowi dalam pembukaan Konferensi Asia-Afrika di Jakarta Convention Center Senayan 22 April 2015??!! Dalam pidato itu, Pak De Jokowi yang kemungkinan saat itu sedang kerasukan arwah Bung Karno, dengan gagah berani mengatakan: "Pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund), dan ADB (Asian Development Bank) adalah pandangan usang yang perlu dibuang,"  Jokowi  mengatakan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru sedang bangkit dan siap memainkan peran global demi tujuan positif. Untuk itu, Indonesia siap bekerja sama dengan semua pihak untuk mewujudkan cita-cita yang mulia itu. "Kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat Bandung,". Kutipan itu saya ambil dari link berita tempo.co dibawah judul " Jokowi Sebut Asia-Afrika Tak Butuh Bank Dunia dan IMF". Berita yang di...

Nasihat Pernikahan dari Kiyai Marwi Untukku

Dalam bulan puasa tahun 2008 silam, Aku tinggal beberapa hari menjelang lebaran di kediaman kawanku Mustatho' di Prambon Soko Tuban Jawa Timur. Ayah kawanku ini, seorang "Kyai Kampung" menurut istilah Gus Dur untuk menamai sosok tokoh panutan level ndeso dengan sejumlah pengikut fanatiknya. Orang memanggil namanya Ustadz Marwi, atau lebih sering juga dipanggil Kyai Marwi. Tinggal di sebuah rumah sederhana, di kampung, di tengah keramaian penduduk, dengan sebuah musholla berfisik beton yang baru berdiri tak jauh  di belakang rumahnya, tempat sehari-hari beliau rutin memimpin ibadah lima waktu berjama'ah. Di desanya, Kyai Marwi tergolong segelintir sosok yang dituakan. Jabatan semi-formal yang disandangnya adalah sebagai pengurus Syuriah Nahdlatul Ulama kecamatan. Kyai Marwi semasa hidup,  foto kiriman kawan mustatho' Luasnya pergaulan dan pengaruh Kyai Marwi terlihat dari beragam latarbelakang orang-orang yang datang bertamu ke kediamannya. Pada dir...