Langsung ke konten utama

Jefri Aries, Mimpiku Jelang Subuh

Di beranda Fb pagi tadi, saya terima kabar duka; sobatku Jefri Aries yang biasa kupanggil "Bung Jeff" meninggal, jam 04.20 waktu Jakarta. Tulisan pendek ini ingin mengingat kembali kenangan lamaku dengan sobatku satu ini.


Jefri Aries, Stringer

***
Tiap kali berjumpa, pria yang mengikat rambut sebahunya dengan karet itu selalu merekahkan senyum pada siapa saja, termasuk pada saya. Di pundaknya menggantung kamera DSLR butut.

Pada rapat-rapat redaksi, dia bicara dengan bahasa yang baik, tepat, dan pembawaan tenang, diselingi rekahan senyum yang menampakkan hampir seluruh gigi deretan depan.

Belakangan, pria ini kutahu dipanggil "Jef". Dia ditugasi sebagai penjaga gawang di bagian editing berita foto di anak usaha LKBN Antara (public.antaranews), tempat kami sama-sama mencari sesuap nasi.

Tahun itu di sekitar awal 2009. Selain menjabat editor, Bung Jef merangkap pewarta foto di lapangan. Karenanya, dia hanya kerap tampak beredar di mess Tebet Timur selepas petang, dan berada di ruangan sampai kira-kira jam 11 malam. Setelah itu dia menghilang untuk kembali lagi esok petang pada waktu yang tak jauh beda.

Sejak itu, saya kerap mengamati foto-foto berita hasil jepretan Jefri Aries.

Bukan main jelinya memilih sudut pandang. Foto-fotonya tampak bernyawa dan mengesankan. Terutama foto-foto seputar bencana alam di Aceh dimana ia menjadi salah satu jurnalis foto yang turut menyumbang banyak karya. Kepada saya, dia pernah cerita pengalaman meliput di Aceh pasca bencana besar Desember 2004.

Dulunya, dia memang pernah bekerja untuk kantor berita plat merah Antara, sebelum kemudian memilih jadi freelancer.

Dia pernah menginjakkan sepatu di Mexico, Kamboja, Vietnam dan beberapa negara untuk tugas motret. Beberapa wilayah di tanahair pernah dijelajahnya dalam rangka tugas yang sama.

Hasil jepretannya pernah dimuat majalah internasional, TIMES.

Diam-diam saya mulai tertarik mendalami dunia jeprat jepret setelah berkenalan dengan Jefri Aries.

Saya sering mengedit caption berita foto yang dia unggah, agar tampak lebih wibawa sesuai gambarnya. Buru-buru karena dikejar deadline membuat caption berita foto yang dia unggah salah ketik ataupun salah kalimat. Maka sayalah yang selalu merelakan diri memperbaikinya.

Dan lantaran kebiasaan saya mengedit salah ketik dan salah kalimat pada caption foto berita ini, saya jadi makin dekat dengan Bung Jef.

Dia tahu, saya seorang perfeksionis dalam urusan ketik mengetik, sehingga seremeh apapun kesalahan itu harus kukoreksi. Tampaknya, Jefri Aries sangat senang dengan 'tabiat burukku' itu.


Jefri Aries, Stringer

Portaltiga

Sekira sebulan sebelum kami berhenti dari projek publicantaranews, Jefri, Santoso dan Arief membuat sebuah situs berita foto komersil bernama Portaltiga.com.

Jefri bagian editor foto, Santoso bagian berita dan Arief teknisi pengembangan web.

Setelah melalui percobaan, saya diajak bergabung sebagai editor foto berita.

Sebulan berselang, kami berhenti dari projek Antara, maka mulailah kami serius menggarap Portaltiga. Semua dengan modal dengkul. Rawe-rawe rantas malang-malang putung..!!!

Setahun setelah portal foto berita ini jalan, ada beberapa kemajuan dalam hal penampilan, dan sudah mulai ada pelanggan tetap untuk rubrik foto tertentu. Rubrik selebritas  Portaltiga misalnya banyak tayang di Yahoo Indonesia. Beberapa media online kecil lainnya juga memanfaatkan jasa foto dari gudang Portaltiga.

Tahun 2010, saya pulang ke desa di Lombok setelah menyelesaikan tugas kuliah di Yogya yang sempat tertunda. Meski demikian, saya masih tetap bertahan membantu Jefri mengelola portal. Hingga sekitar menjelang Mei 2011, saya menyatakan diri mundur dari pekerjaan sebagai kuli portal. Itu hanya dua minggu sebelum saya menikah.

Terputuslah hubungan kerja saya dengan Jefri. Dan tak lama setelah itu Portaltiga mandek. Jefri kembali melakoni hobinya sebagai freelancer fotografi. Sementara aku banting setir jadi saudagar.

Meski demikian, saya masih menjalin kontak-kontak pribadi dengan Jefri. Sesekali saya memberi komen atas status-status Fb-nya sebagai cara menyambung perkawanan.

Mimpi

Kira-kira seminggu lalu, menjelang subuh saya mimpi jumpa sobat Jefri.

Kejadian di mimpi itu begini: saat saya sedang duduk dengan beberapa orang teman (persis gaya saat kami duduk-duduk kongkow nunggu narasumber)  lewat di depan kami, Jefri Aris, menyangklong kamera menoleh ke arah kami sambil merekahkan senyumnya yang indah itu. Saya pun berteriak ke arah Jefri, minta difoto bareng. "Jef... jepret jef..!!!"

Sampai disitu mimpi singkatku. Usai sembayang subuh, aku ceritakan isi mimpiku ini pada isteriku.

Siang harinya, Jefri Aries dikabarkan masuk rumah sakit. Kutau dari teras FB. Lantas isenglah aku nulis di foto Jefri yang diunggah seseorang bahwa tadi malam aku bermimpi jumpa dia.

Beberapa hari berselang ada kabar dia membaik. Tapi ini cuma kabar gembira sementara. Sebab pagi tadi telah terbit kabar sobatku yang murah senyum itu telah berpulang.

Bung Jeff, saya merasa telah banyak berguru padamu. Allah maha tahu kebaikanmu.

Selamat jalan menuju rumah terakhir. Alamat rumah yang kelak juga akan kami tuju.

Jembrana, Bali 30 April 2017







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Labuan Bajo

       Entah darimana isteriku dapat wangsit. T iba-tiba dia membuat rencana hendak   bepergian jauh: ke Labuan Bajo. Niatnya ini dia utarakan padaku, kira-kira tiga bulan sebelum keberangkatan kami.; “Kita akan ke Labuan Bajo   di musim liburan anak-anak nanti.” Tekadnya untuk pergi kian bulat, sebulat telur penyu. Dia rajin melihat review-review di kanal youtube dan medsos lainnya untuk mendapatkan kiat-kiat menempuh perjalanan jauh itu. Aku sendiri tidak pernah terpikir akan jalan-jalan ke sana. Jangankan ke Labuan Bajo, ke pulau tetangga (Sumbawa) saja saya belum pernah injakkan kaki. Sejauh ini, pemandangan di wilayah bagian timur Indonesia hanya saya saksikan secara intens dari menonton film-film Ekspedisi Indonesia Biru garapan dua jurnalis, Bung Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Arz alias Ucok.  Keduanya melakukan perjalanan keliling Nusantara di tahun 2015 silam, cumak bermodal honda bebek, tapi dengan hasil gambar-gambar video yang kemudia...

Fasholatan Kiai Asnawi Kudus

SETELAH hampir setahun, baru kali ini saya punya kesempatan membuka-buka dan membaca sebuah kitab mungil, Kitab Fasholatan , karya Kiai Asnawi Bandan Kudus. Kitab ini dihadiahi Ibu Nyai Sohib Bisri saat kami berziarah ke kediaman beliau di Pesantren Denanyar Jombang dalam bulan Agustus 2016 silam. Kebetulan isteri saya pernah mondok di asrama di bawah asuhan Nyai Sohib. Kedatangan kami ke Denanyar itu jadi semacam acara sowan murid kepada guru.  Bukan main hadiah yang diberikan sang guru kepada bekas muridnya, sebuah kitab berisi tuntunan sholat, dengan harapan agar si murid jangan sampai lalai terhadap kewajiban agama yang maha penting itu. Isteri saya bersama gurunya, Nyai Sohib Bisri (tengah) di Denanyar Djombang Barangkali sang guru tahu belaka kebiasaan para santri mereka setelah jauh dari pesantren, dan hidup bermasyarakat. Sebagian dari mereka telah banyak yang melupakan kebiasaan-kebiasaan saat mondok dulu, hanyut dalam kehidupan yang serba mementingka...

Saya Dibantah

Ketika membahas tentang mitologi pada sebuah kuliah di bulan Mei lalu, saya menjelaskan beberapa contoh dari cerita rakyat dan juga kitab suci. Dalam kitab suci, saya menyebut surat al-fiil , kemudian kisah tentang Adam dan Hawa sebagai contoh. Saya katakan kepada mahasiswa bahwa kedua ayat itu (dan masih banyak yang lain) merupakan contoh mitologi. Mitos saya definisikan sebagai "cara masyarakat membahasakan dan menamai realitas yang dihadapinya." Sebetulnya, definisi ini saya pinjam dari Roland Barthes. Ia mendefinisikan mitos sebagai " a type of speech ," cara bicara. Kita tahu, surat al-fiil itu bicara tentang serombongan tentara berkendara gajah dari Yaman dipimpin oleh seorang raja bernama Abrahah, yang hendak menyerang tanah haram, Mekah. Akan tetapi, rencana besar raja Abrahah ini menemui kegagalan. Di tengah perjalanan menuju Mekah, serombongan burung mengepung dan melempari tentara bergajah itu dengan batu dari neraka. Lumatlah mereka. Diceritakan dalam ...