Langsung ke konten utama

BIL

Lombok International Airport (BIL / Bandara Internasional Lombok) has been recently officiated, ending the long time process of its construction.

I just took flight from Lombok to Bali. The trip from my home to BIL take only 25 minute, and it might be less than 25 if only the condition of the roadway better. Now, the main roadway from Praya the central city of Middle Lombok to my village is being under constructed.

I took flight at 12.30 p.m. and I arrived an hour before check in time at 11.30 a.m. I intended to get there early for to know more the situation around the airport.

It is wider than previous Selaparang Airport. Yet, the condition around didn't established yet. The floor look dirty, and no cleaning service there. The goods peddler (asongan) scattered in the main gate to the custom building. They were some local people most were woman more than 40 of age. Some gathered near by the custom building looking into passenger in the check in room.

So sorrow to see them. A local people who hope to have crumb crusts of the new airport economic effect.

BIL located in Middle Lombok, one of under-developed regency in West Nusa Tenggara, due to its slowly development going on. Also the problem of recent debt of local govt. reach 5 billion rupiah.

Recently, the local govt. of Middle Lombok has dismissed about 3000 civil servant additional worker. They are from various level of education, college and senior high school graduation. They were easily recruited or registered them selves as an additional worker of civil servant, while waiting for a long uncertain inaugurating.

Instead of getting welfare, a half of these 3000 civil servant additional worker even receive no monthly stipend.

After dismissing of 3000 additional worker civil servant, it mean the number of jobless in Middle Lombok has raised significantly, moreover that they come from well educated unemployed.

Hopefully, the coming of BIL will be an alternative way to exit from the rise of unemployment problem. Local govt. should make a fast step to overcome this.

As far as I know, the citizens of Middle Lombok is one of the biggest migrant worker in number. The states in ASIA like Malaysia, Korea, Japan, and also the states in Middle East like Saudi Arabia, Dubai Uni Emirat, become main destination of Middle Lombok migrant worker.

The presence of BIL thereby will add mobilization process of migrant worker from Middle Lombok to wide range of countries abroad. Also, it is hoped will drive local economics activities in many aspect.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Labuan Bajo

       Entah darimana isteriku dapat wangsit. T iba-tiba dia membuat rencana hendak   bepergian jauh: ke Labuan Bajo. Niatnya ini dia utarakan padaku, kira-kira tiga bulan sebelum keberangkatan kami.; “Kita akan ke Labuan Bajo   di musim liburan anak-anak nanti.” Tekadnya untuk pergi kian bulat, sebulat telur penyu. Dia rajin melihat review-review di kanal youtube dan medsos lainnya untuk mendapatkan kiat-kiat menempuh perjalanan jauh itu. Aku sendiri tidak pernah terpikir akan jalan-jalan ke sana. Jangankan ke Labuan Bajo, ke pulau tetangga (Sumbawa) saja saya belum pernah injakkan kaki. Sejauh ini, pemandangan di wilayah bagian timur Indonesia hanya saya saksikan secara intens dari menonton film-film Ekspedisi Indonesia Biru garapan dua jurnalis, Bung Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Arz alias Ucok.  Keduanya melakukan perjalanan keliling Nusantara di tahun 2015 silam, cumak bermodal honda bebek, tapi dengan hasil gambar-gambar video yang kemudia...

Fasholatan Kiai Asnawi Kudus

SETELAH hampir setahun, baru kali ini saya punya kesempatan membuka-buka dan membaca sebuah kitab mungil, Kitab Fasholatan , karya Kiai Asnawi Bandan Kudus. Kitab ini dihadiahi Ibu Nyai Sohib Bisri saat kami berziarah ke kediaman beliau di Pesantren Denanyar Jombang dalam bulan Agustus 2016 silam. Kebetulan isteri saya pernah mondok di asrama di bawah asuhan Nyai Sohib. Kedatangan kami ke Denanyar itu jadi semacam acara sowan murid kepada guru.  Bukan main hadiah yang diberikan sang guru kepada bekas muridnya, sebuah kitab berisi tuntunan sholat, dengan harapan agar si murid jangan sampai lalai terhadap kewajiban agama yang maha penting itu. Isteri saya bersama gurunya, Nyai Sohib Bisri (tengah) di Denanyar Djombang Barangkali sang guru tahu belaka kebiasaan para santri mereka setelah jauh dari pesantren, dan hidup bermasyarakat. Sebagian dari mereka telah banyak yang melupakan kebiasaan-kebiasaan saat mondok dulu, hanyut dalam kehidupan yang serba mementingka...

Saya Dibantah

Ketika membahas tentang mitologi pada sebuah kuliah di bulan Mei lalu, saya menjelaskan beberapa contoh dari cerita rakyat dan juga kitab suci. Dalam kitab suci, saya menyebut surat al-fiil , kemudian kisah tentang Adam dan Hawa sebagai contoh. Saya katakan kepada mahasiswa bahwa kedua ayat itu (dan masih banyak yang lain) merupakan contoh mitologi. Mitos saya definisikan sebagai "cara masyarakat membahasakan dan menamai realitas yang dihadapinya." Sebetulnya, definisi ini saya pinjam dari Roland Barthes. Ia mendefinisikan mitos sebagai " a type of speech ," cara bicara. Kita tahu, surat al-fiil itu bicara tentang serombongan tentara berkendara gajah dari Yaman dipimpin oleh seorang raja bernama Abrahah, yang hendak menyerang tanah haram, Mekah. Akan tetapi, rencana besar raja Abrahah ini menemui kegagalan. Di tengah perjalanan menuju Mekah, serombongan burung mengepung dan melempari tentara bergajah itu dengan batu dari neraka. Lumatlah mereka. Diceritakan dalam ...