Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2008

Halimun 8

“Selamat pagi..ini kantor Kabarpemilu.com, jalan Halimun 8?” Di ruang tamu, seseorang mempersilahkan saya dan kawan Robi masuk. Ruangan itu terasa lembab, sejuk. Saya menaksir bangunan rumah ini didirikan dari tahun yang telah lewat jauh. Belakangan saya ketahui berdiri di tahun sekitar 1970-an. Ini kantor redaksi. Meja dengan komputer dan telepon. Dan orang-orang yang suntuk di depan layar monitor. Satu dari redaktur itu yang kemudian saya kenal dipanggil dengan nama Bung Cae, mengenal baik kawan saya. Saya bersyukur dan menganggap ini sebagai permulaan yang bagus. Bung Cae adalah wartawan yang pernah satu lokasi dengan kawan Robi, saat kawan Robi bertugas di Bogor, sebelum ia dipindah ke Jakarta. Selepas perbincangan basa basi yang kurang dari satu jam itu, saya diminta membuat berita: ramalan cuaca. Hmmm.. sejak kapan saya belajar jadi juru ramal. Saya diminta mengontak dinas BMG. “Tolong dong buatin berita tentang cuaca hari ini dan tiga hari ke depan. Sekalian kontak pegawai BMG...

Kawan, Saya Tiba Tiba-tiba

Ketika saya terbangun di sebuah pagi, saya seperti merasa tengah mengulangi suatu kejadian yang sama di waktu yang berbeda. Ini yang dinamakan dejavu. Saya mengusap kedua mata saya yang masih sayu. Ruangan ini begitu asing. Udaranya asing. Aromanya juga asing. Saya telah berkali-kali merasa menjadi orang asing di tempat yang baru saya kunjungi. Ini adalah pagi pertama saya di Jakarta . Kedatangan saya begitu tiba-tiba. Tangan takdir mengantar saya seorang diri ke kota ini. Tadi malam, setiba di Pulo Gadung, saya menghubungi rekan saya, Robi. Dia mempersilahkan saya untuk menginap di kontrakannya, sebelum besok saya harus melanjutkan perjalanan ke Bogor . Dalam kondisi tubuh yang masih lelah, saya memutar kembali ingatan rekaman perjalanan panjang saya, sampai pada akhirnya kini saya berada di tempat asing ini. Tanggal 4 Oktober, jam 8.30 petang, saya bertolak dari Surabaya dengan bus kota menuju Jakarta . Baru saja siang tadi sekitar jam 2, saya menyetujui untuk menerima tawaran...

Membincangkan Richard Florida dan Tesis Jalan-jalan

Sebulan lalu, di dalam sebuah mobil, dalam perjalanan pulang sehabis dari melayat di rumah rekan Joko "Gombloh" Suranto, di Klaten, saya, Sujud, Mbak Tari dan Linda, terlibat dalam perbincangan tentang banyak hal. Obrolan berjalan ke sana kemari. Satu di antara isi obrolan itu yang masih saya ingat-ingat adalah soal tokoh yang baru saya kenal, Richard Florida. Mula-mula rekan Sujud yang memulai membuka pembicaraan dengan mengutarakan gagasan Florida soal "kelas kreatif", suatu struktur kelas sosial baru yang melampaui kategori rigid pembagian kelas a la marxian. Gagasan Flo diutarakan dalam karyanya yang berjudul The Rise of the Creative Class . Kalau saya utarakan secara singkat, kira-kira begini isi gagasan Flo dalam The Rise of. .. Sebenarnya yang dia maksud sebagai kelas kreatif itu adalah sekelompok masyarakat dari generasi muda, yang memiliki kelebihan intelektual, keterampilan dan secara kreatif memaksimalkan keterampilan mereka untuk sesuatu yang menghasilka...

Seorang Lelaki Tua yang Tengah Menziarahi Kuburan Sanaknya

Sore menjelang lebaran. Di tengah sebuah pemakaman umum, berjalan seorang lelaki tua. Dengan langkah pelan, di antara tonggak nisan dan ilalang yang lesu karena terinjak, ia sibuk mencari-cari letak sebuah makam dari salah satu anggota sanak familinya. Usianya telah sangat tua, pandangan matanya telah kabur, dan barangkali ingatannya tidak cukup kuat untuk mengingat-ingat di mana letak kubur sanak familinya yang dimaksud. Ia berdiri. Memandang ke kanan dan ke kiri. Batu-batu nisan di hadapannya begitu banyak. Manakah gerangan milik dari sanak familinya yang hendak ia kunjungi? Ia berdiri. Memandang ke kanan dan ke kiri. Para peziarah lain lewat di sampingnya. Sebagian besar lahan pekuburan itu telah berubah hampir tiap tahun. Banyak anggota keluarga yang memuliakan kuburan sanak famili mereka dengan memberi penanda berupa tangkupan yang dibeli mahal dari toko penyedia bahan untuk pekuburan. Lalu di mana letak kuburan sanak famili yang hendak ia kunjungi? Sore menjelang lebaran. Orang-o...

Dari Gresik Sampai Tuban, Jalan-jalan Jelang Lebaran

Pukul 23.00, bus yang membawa saya dari Jogja tiba di Surabaya. Arus mudik di jalur bagian tengah pulau Jawa tidak terlalu besar. Jarang sekali saya jumpai kemacetan. Perjalanan ditempuh menurut lama waktu normal; 8 jam. Di Surabaya, saya dan kawan Tatok, seorang kawan lama yang bersama saya dalam perjalanan mudik ini, menginap di sebuah asrama di belakang kampus IAIN Ampel. Saya hanya sempat beristirahat 4 jam, sebelum pada jam 7 keesokan paginya, saya dan kawan Tatok melanjutkan perjalanan ke barat menuju kota Gresik. Jalan-jalan di pasar Gresik Kebetulan kawan Tatok dititipi pesan seorang sepupunya yang tengah nyidam pudak. Dia diminta untuk membeli pudak, sejenis penganan khas kota Gresik. Konon, kata saudara sepupu kawan Tatok, di usia kehamilan yang baru menginjak beberapa hari, dia selalu membayangkan pudak. Maklum, orang nyidam punya keinginan yang aneh-aneh. Jadilah kami mampir di pasar Gresik untuk membeli pudak. Tiga hari menjelang lebaran, keadaan di pasar Gresik sangat ram...