Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2009

catatan kaki di kota yang akan saya tinggalkan

JAKARTA akhir Mei. Mata saya sulit terpejam, meski malam telah jauh. Jarum jam tepat 02 dini hari. Sebuah film terakhir yang saya tonton di layar tv berlangganan (HBO), Letters from Iwo Jima (Io Jima Kara no Tegami ) besutan Clint Eastwood, mengakhiri Sabtu malam yang sepi di tempat ini. Di mess Tebet Timur, tinggal saya dan Pak Edi Wirya. Beberapa jam lalu Bung Santoros sudah berada di kereta yang membawanya ke Solo. Roma Andero, seorang OB yang belakangan dididik menjadi calon wartawan muda bidang olahraga, sejak pagi sudah tidak menampakkan wajah. Sejak malam kemarin, tak ada lagi rekan-rekan wartawan yang datang kemari. Saya sendiri sudah memesan tiket untuk keberangkatan ke Yogya Minggu malam nanti. Mess ini tiba-tiba berubah menjadi seolah-olah seperti kuburan tua yang jarang dikunjungi. Di sini hanya ada pembicaraan saya dengan Pak Edi, pensiunan pegawai Antara yang direkrut kembali belum lama ini untuk bergabung di anak perusahaan di mana kami bertugas. Saya menghisap berbata...

10 Hari di Yogya

"Sepuluh hari terasa begitu singkat, " kata saya kepada seorang kawan yang menemani ke Stasiun Tugu Selasa (12/5) sore kemarin, sewaktu memesan tiket kereta untuk keberangkatan ke Jakarta. Saya tiba di Yogya pada Minggu pagi, 3 Mei lalu, untuk suatu keperluan mengurus tugas akhir kuliah yang belum finish. Waktu yang saya minta hanya 10 hari. Saya datang dengan membawa berkas print out tugas akhir. Pada Senin pagi, 14 Mei, saya ke kampus dan bertemu kawan lama satu kelas, Hagung Hendrawan. Saya juga bertemu asisten pembimbing satu saya, mbak Devi Ardiani. Sebelumnya, kami sudah saling kontak dan membuat appointment untuk ketemu di kampus. Pembicaraan kami berkisar masalah yang ringan-ringan. Saya juga bertemu Pak Tri, eks dosen saya sewaktu masih mengambil teori dulu. Saya juga bertemu mbak Hengki, sekertaris jurusan. Hari itu, saya berniat bertemu pembimbing satu, Pak Sunardi dan pembimbin dua, mbak Katrin. Dua jam kemudian, saya bertemu Pak Nardi di ruang kerjanya. Pembica...