Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2008

Artikel Kepada Mahmoud Darwish

Sungguh, saya tidak mengenal Mahmoud Darwish. Sampai suatu hari saya membaca tulisan wartawan senior Tempo, Gunawan Mohamad, di catatan pinggir, mengenang sang penyair dari Palestina itu, yang telah wafat pada 9 Agustus lalu. Yang saya tahu soal Palestina hanya sebuah negara yang tak henti didera konflik: agresi militer, serangan mortir, bom bunuh diri. Yang saya tahu tentang orang Palestina hanya para pejabat PLO dan Hammas; Arrafat, Mahmoud Abas, Khaled Meshal. Dan saya tidak mengenal bahwa tanah Palestina yang berlumur darah itu melahirkan seorang penyair terkenal, Mahmoud Darwish. Berikut ini saya sajikan sebuah artikel dari seseorang yang mengenal Darwish: Mahmoud Darwish: Seorang Rakyat dan Penyair oleh Ibtisam Barakat 22 Agustus 2008 Columbia, Missouri – Di suatu siang, 9 Agustus 2008, saya sedang bersiap-siap berbicara tentang pohon zaitun Palestina kepada sekelompok penulis dan pemikir di Keystone College in Pennsylvania. Untuk judul paparan tersebut, saya memecah kata olive ...

Di Dalam Rahmatmu Tuan Kapitalis

Sore menjelang petang akhir pekan lalu, saya dan seorang kawan berkunjung ke sebuah pusat perbelanjaan, Ambarrukmo Plaza. Ini saat bulan puasa. Suasana di dalamnya dibikin sesuai dengan nuansa bulan puasa. Musik-musik islami menggema. Pamflet-pamflet promo mengajak berbelanja sambil beramal. Sebagian barang yang memenuhi rumah belanja berhubungan dengan kepentingan konsumen di bulan puasa: fashion, makanan, entertain. Ini bulan puasa. Di masjid dan televisi, melalui para juru dakwah, orang diajak meningkatkan ibadah. Orang diajak memperbanyak sedekah. Orang dilarang bersikap berlebihan. Puasa, katanya, sarana latihan menahan diri dari kemauan yang berlebih. Saya masuk ke dalam sebuah rumah belanja. Di dalamnya barang-barang melimpah. Jauh lebih banyak dari yang pernah saya saksikan di luar bulan puasa. Kata promo yang tertulis di pamflet rumah belanja itu, bulan ini adalah "bulan berbagi", "indahnya berbelanja dengan kebersamaan". Pesan ini terdengar religius. Karen...

Eulogia, Rumah Panggung di Sorga

Kini setiap masuk bulan puasa, saya senantiasa teringat seorang kawan, Ahmad Adib, yang pada tahun 2005 dimakamkan dalam bulan puasa. Berawal dari sebuah kecelakaan, ia dirawat secara singkat di sebuah rumah sakit.Tiga minggu bertahan melawan ketidakjelasan status luka-luka di bagian dalam tubuhnya sebelum kemudian menghembuskan nafas paling penghabisan. Malam itu, saya tengah berada di museum pelukis Affandi, menghadiri undangan pembukaan sebuah perhelatan pameran seni rupa Pra-Bali Bienale, ketika tiba-tiba sebuah kabar dari handphone saya memberitahukan Ahmad Adib meninggal. Berita ini tentu saja mengejutkan saya, meskipun kira-kira tiga minggu sebelumnya, saya mendapat kabar dia memperoleh kecelakaan di jalan antara Semarang menuju Purwodadi. Kawan Ahmad Adib meninggal karena kecelakaan??? Saya tidak tahu mengapa Tuhan merencanakan kematian sahabat saya itu dengan jalan yang kurang lazim: kecelakaan lalu lintas. Sudah berkali-kali kawan Ahmad Adib mendapat kecelakaan di jalan raya...

Obama, Will The New America Emerge?

Barack Obama came just in time, as many people under-estimated America. The political line of G.W.Bush that was and being undertaken and soon will be end, has bring America into deadlock. The unilateral act to fight against terrorism after September 11 tragedy became the only reason to run the endless war during Bush’s-led. Democracy in America, it can be said, has deeply buried. On this aspect, Democrat Party from where Obama elected as candidate after wined the convention, will struggle to be a winner on next 4 th November general election. He will fight against his rival from Republic, John Mc Cain-Sarah Palin. One of the biggest Democrat agenda is certainly to rescue the abuses of democracy. Some people might hesitate of this. Under Obama regime, America will not much different. Obama is another (black) face of America. Mass media have take many advantage by exploiting the popularity of Obama. Thus, whoever will led America, nothing can he/she do but to continue the syndrome of be...

Mendongeng

Semalam hanphone saya berdering panjang. Di seberang, terdengar suara dua keponakan saya, Ici dan Ananta. Mereka dengan sengaja menelpon untuk menanyakan kepada saya bagaimana cara memainkan sebuah game di komputer. Mereka bilang file-nya sudah hilang dan tidak dapat ditemukan. Mereka tengah sibuk mencari-cari di mana file itu tersembunyi. Dua keponakan saya yang lucu. Tahun ini kabarnya mereka sudah masuk sekolah. Ici di kelas 1 SD dan Ananta di TK. Semasa masih menikmati liburan di kampung, kerap menjelang tidur malam, kedua keponakan saya meminta saya untuk mendongeng. Sebagaimana mereka sering meminta kakek dan nenek untuk mendongeng. Saya ambilkan dongeng dari cerita Harry Potter. Novel serial yang ditulis J.K. Rowling. Saya pernah membaca beberapa seri dari novel itu: The Scorer Stone, The Chamber of Secret dan The Prisoner of Azkaban. Lalu separuh dari The Order of Poenix. Cerita itu berlanjut setiap malam. Lewat dongeng itu, saya memperkenalkan Ici dan Ananta kepada para tokoh...