Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2008

Bayangkanlah, Lennon

Kemarin sore saya duduk di hadapan komputer. Tangan saya sibuk menekan tut. Mata saya memelototi tulisan. Pikiran saya mencari kalimat. Telinga saya mendengar lagu dari koleksi MP3. Salah satu lagu yang saya dengar itu menarik perhatian saya. Lagu itu tidak asing. Saya pernah mendengarnya waktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar, kelas 4. Lagu Imagine , dinyanyikan John Lennon. Waktu kecil dulu, saya dan anak-anak seusia saya gemar menirukan bagian reffrein dari lagu itu: "imejin of loppipo..." Begitu kami menirukannya. Kebetulan, lagu itu tengah jadi soundtrack iklan anti-perang. Tahun 1991, perang sedang berkecamuk di belahan dunia antah berantah, antara Irak dan Amerika yang didukung sekutunya. Di kampung, kami tak mencium bau mesiu. Tidak juga terdengar suara ledakan peluru kendali. Tapi, kami seperti merasakan perang itu berlangsung tak jauh dari wilayah kami. Kami menyaksikannya di televisi hitam putih. Saya dan teman-teman setia menonton berita perang lewat siar...

Cerita Indu Tentang Mughal

Tentang kesultanan Mughal di India, saya hanya sempat mendengarnya di kuliah Sejarah Peradaban Islam . Dulu sekali. Saya juga mendapat tugas membuat makalah tentang kejayaan Islam di India di bawah pemerintahan Sultan Mughal. Dulu sekali. Makalah itu dititikberatkan kepada penjelasan tentang pluralisme beragama yang dikembangkan oleh Sultan Mughal. Setelah itu saya tidak pernah ingat lagi tentang sejarah kesultanan Mughal, sampai pada suatu hari, di perpustakaan, saya menemukan sebuah novel, ditulis oleh Indu Sundaresan. Novel itu berjudul "Mehrunnisa, The Twentieth Wife" (Mehrunnisa, Isteri Keduapuluh). Novel itu mengisahkan tentang Mehrunnisa, seorang perempuan, anak dari pegawai kesultanan Mughal, keturunan Persia. Ayahnya, Gias Beg, adalah putra dari Wazir (Perdana Menteri) yang dipecat di kerajaan Safavi. Gias Beg bersama istrinya yang hamil, Asmat, melarikan diri menembus perbatasan tanah Hindustan. Dalam perjalanan pelarian ini, pada suatu malam yang sejuk, Asmat melah...

O, Frida Kahlo

Sebuah kamar di sebelah kamar kos saya baru saja di bongkar. Sudah tiga bulan ini penghuninya tidak muncul. Masa kontrak telah habis. Barang-barang dikeluarkan; kasur, bantal-bantal yang mulai ditumbuhi jamur, tape, karpet, dispenser, botol-botol berisi minuman sirup dan rak buku. Di antara koleksi buku yang sedikit itu, saya melihat novel berjudul Frida, karya Barbara Mujica. Saya mengambil dan membacanya. Saya seperti pernah mengenal nama itu, Frida Kahlo. Tapi di mana saya pernah menemukannya? Saya berusaha mengingat kembali dan.. O, Frida Kahlo. Saya teringat sajak yang ditulis Goenawan Mohamad, di lembaran majalah Kalam , mungkin edisi 1993 atau '94. di alismu langit berkabung dengan jerit hitam dua burung di ragamu tiang patah di kamar narkose, ampul tertebar : rasa sakit dan sejarah GM menulis sajak itu khusus untuk Frida Kahlo. Frida seorang perempuan, pelukis, aktivis liga pemuda komunis, yang menjalani hidup dengan lika liku kontroversial. Ibunya seorang Mexico, Kato...