Bagian ini akan memuat puisi-puisi yang kutulis pada suatu waktu, dalam suatu situasi. Yang Berjalan Murung O, yang berjalan murung, hendak meninggalkan kota-kota sebelum waktunya. Di kepalamu, mimpi indah berkeping bagai vas bunga tergelincir dari balkon gedung lantai lima Siang kemarin, Tuan Mandor tempatmu bekerja menggebrak meja: “Tak ada pesangon...! Tak ada THR Lebaran...! Perusahaan tutup..!! Pergi segera...!! Atau... bersiaplah dikarantina..!!” Dan kamu setengah bersujud, mengiba. Seakan cukup Tuan Mandor penentu hidup matimu. O, kini nasibmu. Kemanakah akan kamu bawa sepotong nyawamu, anak dan isterimu. Bekalmu cuma ongkos kerja harian, setelah dipotong uang makan, rokok, dan sedikit hiburan. Siapa sudi memberimu tempat tinggal percuma tanpa ongkos bulanan; listrik, air dan pulsa O, langit biru di kepalamu. Mataharinya terik merajam tubuhmu. Pintu-pintu perbatasan, menatapmu siaga, dengan ter...
sayur asem adalah menu kesukaan saya terutama untuk teman makan siang, namun demikian blog ini berisi catatan gado-gado yang tidak dikhususkan untuk menceritakan pengalaman menyantap makan siang dengan sayur asem