Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Asembagus

Di bulan Mei, angin bertiup lebih kencang menggeser letak dedaunan kering. Sesekali debu beterbangan seperti menampar-nampar wajah hinggap ke bola mataku. Keadaan ini mengingatkan aku pada kenangan berpuluh tahun lalu: 1993, tahun pertamaku di tempat ini. Di musim angin dan debu itu, penyakit mata dan kudis tengah mewabah, menjangkit bergiliran satu demi satu para santri. Aku masih ingat bagaimana cuaca kering itu membuat pecah-pecah telapak kaki, dan terasa sangat perihnya saat kucelupkan ke dalam air. Senja 9 Mei aku tiba di Pesantren Salafiyah Asembagus untuk memenuhi undangan perayaan 1 abad usia pesantren. Hari beranjak gelap. Selepas shalat maghrib dan berziarah ke makam para pendiri pesantren, aku berjalan sendiri menelusur jalanan mencari warung nasi untuk memenuhi hajat perutku yang keroncongan. Dari masjid itu, terdengar seorang ustad mendaras kitab kuning. Aku teringat guruku almarhum Ustadz Dhofir Jazuli, seorang guru tua dengan suara khas yang diselingi batuk-...